Kelas Ideologi: Management Isu ASEAN

JAKARTA (27 April): Jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta tahun depan yang dinamis dan eskalasi yang begitu cepat, DPW Partai NasDem DKI Jakarta merasa perlu untuk membekali kadernya dalam menyikapi berbagai isu yang berkembang.  Oleh karena itu, dalam Kelas Ideologi ke-4 yang digelar Rabu, 27 April mengangkat tema Manajemen Isu ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.

Acara yang digelar di Auditorium DPP Partai NasDem Jl  RP Soeroso No. 44, Gondangdia Lama Jakarta Pusat ini menghadirkan Djauhari Oratmangun, mantan Dirjen ASEAN, mantan Duta Besar RI untuk Rusia yang saat ini menjadi staf khusus Menteri Luar Negeri untuk Isu-isu Strategis. Tidak kurang dari 50 peserta ikut hadir dalam acara ini, mulai dari pengurus partai, ormas partai, sayap partai serta simpatisan partai.

“Kelas ideologi menjadi sarana pembelajaran yang penting bagi pengurus Partai NasDem sehingga mampu mengendalikan, mengarahkan dan memberikan kekuatan dalam menghadapi kontestasi politik ke depan. Apalagi mulai tahun ini kita mulai akan disibukkan dengan Pilkada DKI Jakarta,” ujar Wibi Andrino, Sekretaris DPW Partai NasDem DKI Jakarta.

Dalam diskusinya, Djauhari menyatakan, sebagai negara besar tidak selayaknya Indonesia harus minder menghadapi persaingan global ke depan.

“Indonesia itu negara besar, maka kita harus berpikir besar dan berbuat besar, jadi jangan takut,” ujar Djauhari seperti mengutip pernyataan Presiden Jokowi.

Dalam paparannya, khususnya seputar ASEAN Economic Community, Djauhari menegaskan bahwa Indonesia saat ini telah mengalami banyak lompatan yang sangat strategis, khususnya di kawasan ASEAN.

“Jakarta menjadi ibukota Asean, atau Capital City of Asean, ini adalah isu strategis dan mempunyai efek yang sangat banyak dan luar biasa,” ungkap Djauhari.

Lebih jauh dikisahkan, jika dulu dalam setiap perundingan Indonesia hanya berada di sudut ruangan dan mendengar, tapi saat ini Indonesia telah tampil di depan dan menyampaikan visinya.

Selain memaparkan persoalan ASEAN, sosok yang terlibat dalam perundingan perdagangan luar negeri selama 21 tahun, juga memaparkan pengetahuannya seputar negara Rusia.  Dijelaskannya, ketika Uni Sovyet bubar di tahun 1992, Rusia seolah bangkrut hingga di tahun 2000.  Namun setelah itu, selama kepemimpinan Putin, Rusia mampu bangkit dan kini menjadi negara yang power full dan kembali disegani di dunia.

“Dalam sebuah survei, ternyata mereka bisa bangkit karena nasionalismenya yang tinggi. Putin mampu membangkitkan nasionalisme bangsa Rusia, ini yang menjadi titik tolak kebangkitan Rusia seperti sekarang,” terang Djauhari.

Diskusi yang dibawakan dengan sangat menarik itu, benar-benar mampu menarik perhatian audience.  Hingga sampai di sesi tanya jawab, hadirin berebutan untuk bertanya dan menyampaikan pandangannya. (*)

 

Add Comment