Terorisme Masih Ditangani Serba Ad Hoc
JAKARTA (19 September): Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perlu meningkatkan kinerja serta pola yang diterapkan dalam menangani terorisme. Penanganan aksi terorisme di Indonesia dinilai masih serba ad hoc dan menyisakan banyak pekerjaan rumah.
Pernyataan tersebut disampaikan anggota Komisi III dari Fraksi Partai NasDem Ahmad HM Ali setelah Tim Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah berhasil menangani teroris.
“Penanganan terorisme di Indonesia masih lebih banyak ditangani secara serba ad hoc, dan belum mencerminkan strategi penanganan yang terpadu dan menyeluruh,” ujar HM Ali, Senin (19/9).
Lebih jauh legislator asal Sulawesi Tengah ini mencontohkan kasus tewasnya terduga teroris Suyono. Pada kasus tersebut masih ditemukan persoalan buruknya informasi intelijen. Padahal, validitas dan kredibilitas data sangat diperlukan dalam akurasi penanganan gerakan terorisme.
“Sehingga di mata sebagian publik, upaya penanganan terorisme bukannya mencerminkan penegakan hukum yang adil, tetapi malah menjadi tindakan kesewenang-wenangan hukum yang diskriminatif,” tutur Ali, seperti dirilis fraksinasdem.org.
Menurut M Ali, fenomena seperti ini justru malah menjadi faktor yang makin memupuk dan melestarikan tindakan terorisme itu sendiri.
Ahmad Ali menilai, masalah serius yang terkesan dikesampingkan adalah penanganan pasca-penahanan. Padahal tahap ini adalah tahap yang tidak kalah pentingnya. Di sini ada program rehabilitasi dan re-edukasi pasca-penahanan, baik bagi pelaku terorisme maupun masyarakat daerah operasi, yang harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
“Seperti di Poso, saya belum melihat ini diupayakan secara serius. Karena kita tidak bisa menutup mata bahwa penyelenggaraan operasi perburuan kelompok Santoso ini telah membawa dampak sosial dan ekonomi yang besar,” ungkapnya.
Laki-laki yang kerap disapa Mat Ali ini juga menekankan pentingnya rehabilitasi sosial di daerah tersebut pasca tewasnya Santoso. Hal ini penting untuk membatasi ruang gerak dan legitimasi pelaku teror lanjutan.
Dengan mengilustrasikan dua kasus tersebut, Ali menyimpulkan, penanganan terorisme saat ini belum terpadu.
Pandangan ini diperkuat dengan derasnya aliran dana bagi kelompok teroris. Temuan PPATK atas dugaan aliran dana dari beberapa negara luar harus disikapi secara serius. Menurut Ali, diperlukan penanganan yang sinergis dan berkelanjutan antara BNPT dengan kementerian dan lembaga terkait lainnya.
“Telusuri dan stop alirannya. Ini harus disikapi secara tegas dan serius, jika tidak terorisme bukan terkikis malah sebaliknya bersemi subur kembali,” tutupnya.(*)