Tim Pemenangan Harus Kerja Keras

JAKARTA (5 Oktober): Beberapa hari lalu, Lingkaran Survey Indonesia (LSI) menyebut elektabilitas Ahok-Djarot hanya sebesar 31,1% di awal Oktober 2016. Berbeda dari survey Maret yang sebesar 59,3%. Menanggapi hal tersebut, calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat tidak banyak ambil pusing.  Ahok hanya menyebut penurunan elektabilitas harus ditanggapi dengan kerja keras tim pemenangan.

"Artinya tim harus kerja keras, bagus itu kan. Jadi, saya katakan, saya tidak perlu bayar lembaga survei. Enak kan numpang aja gitu kan?" tutur Ahok di Balai Kota, Rabu (5/10).

Lebih jauh LSI juga menyebutkan, salah satu alasan penurunan elektabilitas disebabkan sejumlah penertiban dan relokasi yang dilakukan mantan Bupati Belitung Timur itu.

Menanggapi itu, Ahok hanya mengatakan sudah menjadi tugasnya merapikan Jakarta supaya menjadi lebih manusiawi. Manusiawi yang dimaksud adalah dengan memberi fasilitas lebih baik berupa rumah susun (rusun) dan fasilitas pendidikan serta kesehatan.

"Saya disumpah untuk merapikan Jakarta. Kamu minta saya merapikan Jakarta. Kasih tahu saya caranya bagaimana sih kalau orang sudah uruk sungai dari 60 meter jadi 20 meter dan bikin rumah, caranya bagaimana? Ya pindahin mereka ke rusun kan?" tegas Ahok, seperti dilansir mediaindonesia.com.

Relokasi ke rumah susun dijanjikan Ahok segera setelah rusun selesai dibangun. Menurutnya, tidak penting akan kembali terpilih sebagai gubernur lagi atau tidak. Jabatan gubernur tidak berarti apa-apa kalau sungai dan kali Jakarta tidak kunjung rapi.

"Soal terpilih atau tidak kan urusan ke dua, kalo cuma gara-gara mau terpilih ya buat apa kamu pilih saya jadi gubernur tapi sungai semua enggak rapi," tambah Ahok.

Ahok mengatakan saat ini kondisi Jakarta sama seperti Tiongkok dan Eropa di era 1960-an. Artinya, Jakarta sudah ketinggalan jauh dari ke dua kawasan tersebut. Ia menegaskan sungai dan danau yang jorok itu tidak akan menjadi budaya DKI Jakarta.

"Masa kamu mau mengklaim sungai yang jorok yang diokupasi rumah-rumah enggak sehat itu, itulah budaya DKI. Ada enggak yang berani ngomong begitu? enggak kan?" tandasnya. (*)

Add Comment