Pancasila Penangkal Komunisme dan Gerakan Radikal
PONTIANAK, KALBAR (20 Februari): Pada zaman sekarang banyak orang melupakan esensi Pancasila, oleh karenanya menyegarkan dan mengingatkan kembali ideologi negara wajib hukumnya. Padahal pancasila dibangun bangsa ini dengan tertatih-tatih dalam rangka menyatukan komponen bangsa. Sehingga pemahaman sekarang harus diberikan kepada semua lapisan masyarakat.
Hal demikian disampaikan Anggota DPR RI Daerah Pemilihan (dapil) Kalimantan Barat, Syarif Abdullah Alkadrie, disela menjadi pembicara Sosialisai Empat Pilar bertajuk ‘Kebangsaan, Pancasila, UU Dasar 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika’.
Lebih jauh politisi NasDem ini menuturkan, komponen beragam organisasi keagamaan, kesukuan dan bermacam-macam lembaga lain tidak salah seandainya terus diajak bekerjasama dalam rangka memberikan pemahaman kepada Pancasila.
"Pancasila itu ampuh dan saksi. Buktinya propaganda komunis dan gerakan radikal lainnya selalu kalah lawan Pancasila," tukas Syarief.
Lebih jauh Syarief juga melanjutkan, masyarakat harus tahu, bahwa negara Indonesia itu negara religius, bertuhan, negara beragama. Artinya setiap penduduk Indonesia harus memiliki keyakinan dalam beragama. Makanya Sila Pertama berbunyi Ketuhanaan Yang Maha Esa. Esensinya sangat tinggi.
"Seandainya orang beragama, saya yakin akan sangat patuh dan taat terhadap ajaran agamanya, maka gerakan semacam radikal, makar, muncul paham baru, komunisme dan gerakan berbeda lainnya tak akan mampu melawan Pancasila," paparnya.
Syarief juga melanjutkan bahwa Pancasila sudah terbukti sakti. Dulu berapa kali mau dirong-rong, terutama pemberontakan tahun 1965 silam. Namun tetap tak mampu dirubah.
Umpamanya muncul paham komunisme yang sejak awal diributkan, gerakan radikal dan lain sebagainya tentu dapat dikalahkan masyarakat dengan pancasila. Pancasila harus diletakkan di tengah-tengah komponen masyarakat. Lembaga dan gerakan untuk memurnikan perlu dievaluasi, didukung dan dikembalikan.
"Seperti penataran P4. Setelah diteliti lebih dalam ternyata P4 itu bagus. Kaitannya menghormati dan menghayati arti Pancasila itu sendiri" jelas Syarief.
Anggota komisi V DPR RI ini melanjutkan bahwa anak-anak sekarang cenderung kurang akrab dengan ideologi Pancasila. Beda sewaktu ia remaja dan masih merasakan jalan memakai sepeda motor tetapi memberikan rasa hormat kepada bendera merah putih yang akan dinaikan.
"Beda sekarang mau bendera merah putih naik atau apalah, yang lewat saja tak peduli. Seperti memupuk rasa nasionalisme?. menjadi barang sukar," jelasny.
Pada zaman dahulu bendera merah putih meskipun dari kain biasa dan dinaikan dengan cara dikerek banyak merupakan identitas bangsa dan negara.
"Kita saja memberikan hormat. Sekarang sudah luntur itu. Makanya MPR/DPR RI berusaha mengembalikan reformasinya ke jalan benar," pungkasnya.(*)