Dinasti Orba Mendompleng Pilkada Jakarta
JAKARTA (17 Maret): Ketua Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menengarai dinasti Cendana akan mencoba berkuasa lagi di Indonesia dengan mendompleng Pilkada DKI Jakarta dan memanfaatkan pasangan calon gubernur Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
"Secara pribadi saya sebenarnya tidak terlalu cemas dengan Orde Baru. Pasalnya, di era reformasi-lah dimungkinkan orang baik bisa menjadi pemimpin. Karena itu saya tidak terlalu yakin Orba akan kembali," kata Ray dalam diskusi yang digelar di Media Center Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (17/3).
Menurut Ray Rangkuti, masyarakat tidak mungkin melupakan saat Orde Baru berkuasa yang sarat dengan pelanggaran HAM dan kebebasan berpendapat. "Jika pun mau berkuasa lagi, klan Cendana paling tidak membutuhkan waktu 50 tahun lagi," katanya.
Namun, dalam rangka menuju ke sana, demikin Ray, keluarga Cendana melalui Tommy dan Titiek Soeharto memanfaatkan Pilkada DKI dengan memberikan dukungan kepada Anies Baswedan.
Ray mengatakan koalisi Anies-Cendana lebih menguntungkan Cendana daripada Anies.
Sebelumnya anggota DPR Eva Sundari mengatakan niat keluarga Cendana berkuasa kembali dengan memanfaatkan Pilkada DKI jelas sangat melukai rakyat Indonesia, khususnya mereka yang telah diperlakukan tidak adil oleh rezim Orba.
"Kita pernah menggagas adanya rekonsiliasi. Namun, gagasan itu ditolak. Kalau memang mau berkiprah kembali sebaiknya pihak sana menyampaikan permintaan maaf dulu. Jangan menganggap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa dengan masa lalu. Seolah-olah di zaman Orba tidak pernah ada aksi kekerasan dan pelanggaran HAM," kata Eva.
"Mari kita rekonsiliasi dengan menyampaikan permintaan maaf atas masa lalu saat Orba berkuasa, sehingga kita punya tenaga baru. Jangan malah menarik-narik pemerintahan sekarang ke masa lalu dan dituntut yang harus meminta maaf," tambahnya.
Eva menegaskan apa yang disampaikan bukan bermaksud untuk mengingkari hak politik keluarga besar Soeharto. "Tapi, kita sebaiknya juga jangan mengingkari masa lalu dengan membius masyarakat dengan propaganda."
Terkait dengan keluarga Cendana yang mendompleng Pilkada DKI, Eva menyayangkan ada kubu cagub yang permisif dengan esktremisme, radikalisme, dan pemaksaan ideologi di luar Pancasila.
Eva merasakan dalam putaran kedua ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan momentum Pilkada untuk mengambil kekuasaan dan bersinergi dengan kelompok ekstremis. "Ada yang ingin berkuasa hanya dengan nebeng tanpa mau bertanding, tapi cukup mempolitisasi agama," katanya.
Ita F Nadia, aktivis HAM, mengungkapkan, banyak pihak, terutama korban pelanggaran HAM seperti konflik Aceh, tragedi 1965, Lampung, Papua dan kerusuhan Mei 1998 yang mengungkapkan kekhawatirannya jika keluarga mantan penguasa Orba akan berkuasa kembali melalui Pilkada DKI Jakarta.
Mereka, tegas Ita, tidak ingin keluarga Soeharto rebound. "Ingatan mereka sangat kuat. Mereka bertanya bagaimana nasib kami jika keluarga Soeharto rebound."[]