Perempuan akan Bikin Wajah Politik Lebih Manusiawi
BANDAR LAMPUNG (21 April): Sebagai upaya memaknai Hari Kartini, secara khusus Partai NasDem menilai perlunya konsistensi kebijakan negara untuk kebijakan 30% kursi parlemen bagi perempuan. Dengan kebijakan tersebut partai akan mencari kader perempuan terbaik untuk menghadapi kader perempuan parpol lain.
Hal demikian disampaikan Vony Reyneta, saat menjadi nara sumber Seminar Hari Kartini yang mengambil tajuk ‘Menilik Kartini dalam Budaya Patriarkhi dan Upaya Penanggulangan Pekerja Anak’ yang digelar di UIN Raden Intan Lampung, Jumat, (21/04).
DPW Partai NasDem Lampung menjadikan momentum peringatan Hari Kartini sebagai upaya merefleksikan perjuangan Kartini untuk kaum perempuan di masa kini khususnya di bidang politik.
Vony Reyneta yang juga Wakil Ketua Bidang Perempuan Anak dan Kesehatan DPW Partai NasDem Lampung itu juga mengatakan,
Partai NasDem memandang penting partisipasi perempuan di bidang politik karena kepeloporan perempuan di bidang politik akan mampu mengubah wajah politik menjadi lebih manusiawi, penuh semangat juang dan dedikasi hidup untuk bangsa dan negara.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah pendidikan politik bagi perempuan sehingga keterwakilan perempuan di bidang politik akan membawa harapan baik bagi konstituen perempuan di negara ini.
"Keterwakilan perempuan di politik baik di partai maupun di parlemen akan membuat wajah politik kita lebih manusiawi, karenanya kami akan terus mendorong keterwakilan perempuan di segala bidang, tanpa harus menafikan peran utama seorang perempuan," terang Vony.
Mantan Direktur LBH Apik ini juga menyebutkan, ada makna yang jelas dalam pesan Kartini saat berkorespondensi dengan Abendanon yang menuliskan agar perempuan diberi kesempatan untuk mendapatkan hak yang sama bukan untuk menyaingi kaum laki-laki tapi untuk menyempurnakan peran perempuan dalam peradaban.
"Merefleksikan Kartini bukanlah mengenang keningratan darahnya tapi mengenang keningratan pikiran dan budinya yakni pemikiran maju Kartini tentang masa depan. Ini dapat dilihat kuatnya dorongan Kartini untuk belajar dan menuntut ilmu. Kartini juga menentang diskriminasi gender yang tumbuh dari adanya budaya feodalisme dan Kartini adalah perempuan yang menulis tentang bangsanya,tentang kaumnya," jelasnya lagi.
Tapi ironisnya justru setelah sekian lama kondisi kaum perempuan saat ini masih banyak yang jauh dari harapan. Masih ada kaum perempuan yang menjadi budak di negeri orang lain dan menjadi korban pelecehan seksual atau diperjualbelikan.
Di dalam keluarga, di dalam pekerjaan, di dalam masyarakat masih banyak terjadi praktek ketidakadilan yang diterima oleh kaum perempuan.
Bahkan, data Komisi Nasional Perempuan mencatat ada 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2016 lalu. Bahkan jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling tinggi adalah kekerasan di ranah privat (keluarga) yakni 75% atau 10.025 kasus.
"Karenanya, di ranah politik, keterwakilan perempuan menjadi sesuatu yang harus terus diperjuangkan dengan indikator masih rendahnya partisipasi perempuan baik sebagai anggota legislatif maupun kepala daerah," pungkasnya.(DPW NasDem Lampung/*)