Praktik Budaya Baru NasDem ‘Politik Tanpa Mahar’
MAKASSAR, SULSEL (26 April): Partai NasDem Sulawesi Suelatan (Sulsel) menggelar ‘Diskusi Pemenangan Partai NasDem Sulsel’ di Ruang Vegas Hotel Clarion, Makassar, Sulwesi Selatan (Sulsel) Selasa, (25/04.
Hadir sebagai pemateri Ketua Fraksi Partai NasDem, Viktor Bontilu Leiskodat, Dewan Pertimbangan Partai NasDem Hayono Isman dan Sekretaris Bappilu DPP NasDem Willy Aditya serta moderator Luthfy Halide.
Dalam paparannya, Hayono Isman mengingatkan pada semua kader Partai NasDem Sulsel tentang cita-cita restorasi indonesia. Partai NasDem harus senantiasa bergerak di atas rel restorasi.
"Restorasi itu menggali budaya unggul bangsa kita, bukan menerima secara latah budaya yang datang dari luar. Bangsa Indonesia sangat kaya dengan kebudayaannya. Budaya kita harus menjadi identitas kita," ungkap Hayono.
Sementara itu, Willy Aditya mengungkapkan fakta di masyarakat bahwa hanya 14 persen masyarakat yang mengasosiasikan dirinya dengan partai politik, artinya ada ketidakpercayaan publik pada institusi partai.
"Dalam hukum sejarah ada yang disebut dialektika, ada tesa, antitesa dan sintesa. NasDem merupakan antitesa atas kegamangan masyarakat atas lembaga partai. NasDem harus tampil sebagai partai yang berbasis pada gagasan, yaitu gerakan perubahan restorasi Indonesia," ungkap Willy Aditya.
Sedangkan Viktor Leiskodat menuturkan untuk melahirkan budaya politik baru. Politik tanpa mahar merupakan praktek politik baru, dan NasDem sudah menjalankan politik tanpa mahar itu.
"Pasca Bung Karno tidak ada lagi politik gagasan yang muncul. Politik hanya sekedar perebutan kekuasaan," ungkap Viktor.
Lebih jauh Panglima Partai NasDem ini juga mengatakan, Pancasila adalah ideologi tengah, partai harus lebih bisa menggali nilai-nilai Pancasila.
“Primordialisme kita tolak, karena itu akan membawa kehancuran," tegas Viktor.
Pada kesempatan tersebut, sebuah kejutan diterima Hayono Isman dari kader NasDem Sulsel yang hari itu sedang berulang tahun.(*)