ABN NasDem Internalisasi Nilai Kejujuran dan Kebersamaan
Oleh : R. Darma Tyas Utomo, S.H
ABN utusan NasDem DI.Yogyakarta
Sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dua minggu lalu, Mahasiswa Akademi Bela Negara (ABN) NasDem telah memulai kegiatan belajar-mengajarnya. Materi perkuliahaan pada minggu pertama dimulai dengan Penguatan Identitas Personal, Komunikasi Efektif, dan Pengantar Sejarah Partai Politik di Indonesia.
Pada minggu ke-2 materi diisi dengan pembahasan Fungsi Partai Politik, Sistem Pemilu di Indonesia, dan Organisasi Partai Politik.
Metode belajar-mengajar yang diterapkan di kampus ABN ini diadopsi dari konsep pembelajaran yang dilakukan Tokoh Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, yang menekankan prinsip-prinsip pendidikan yang “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang berarti di depan menjadi contoh, di tengah membangun prakarsa, dan di belakang memberi daya dorongan.
Secara kongkrit sistem tersebut jika diterapkan memiliki perbedaan dengan sistem perkuliahan konvensional yang ada. Kelas lebih banyak memberikan materi dalam suatu ruang yang terbatas, sedangkan metode pembelajaran di kampus ABN dikolaborasikan antara kuliah umum dan dilanjutkan dengan pendalaman di dalam kelas-kelas kecil yang membuka ruang mahasiswa ABN untuk berdealektika dan merefleksikan materi yang diterima dengan kondisi realitas yang ada.
Dengan metode pembelajaran yang diterapkan ini tentunya ABN NasDem memiliki nilai lebih karena mahasiswanya dipertentangkan langsung antara das sollen (idealita) dan das sein (realita) partai politik kekinian.
Selama proses pembelajaran berlangsung pemateri dan fasilitator tak pernah kendor untuk selalu mengingatkan betapa pentingnya kejujuran serta kebersamaan yang harus dibangun di tengah-tengah mahasiswa. Internalisasi nilai-nilai kejujuran mengapa selalu digaungkan sendiri, dilatarbelakangi atas kondisi Bangsa Indonesia yang semakin hari mengalami degradasi nilai kejujuran. Kejujuran merupakan suatu hal yang langka dan sangat mahal. Komisi Pemberantasan Korupsi (KP) mencatat 32% (tiga puluh dua persen) perkara korupsi yang ditangani oleh KPK menyeret aktor politik, seperti anggota DPR, DPRD dan Kepala Daerah.
Bermula dari tiadanya kejujuranlah budaya koruptif itu terbentuk, sehingga internalisasi nilai kejujuran ke dalam tubuh partai politik merupakan suatu keniscayaan.
Sedangkan nilai-nilai kebersamaan haruslah senafas dengan aspek kejujuran yang dibangun untuk menjamin sinergitas antar mahasiswa ABN agar terwujudnya cita-cita mulia Ketua Umum Partai NasDem Bapak Surya Paloh untuk mengorbitkan calon-calon pemimpin bangsa.
Nilai kebersamaan khas Bangsa ini yang digali Bung Karno ialah nilai gotong-royong. Gotong-royong sendiri merupakan kristalisasi dari Trisila yaitu Sosio Nasionalisme, Sosio Demokratisme, dan Ketuhanan. Apabila dari yang tiga tersebut dijabarkan (break down) kembali menjadi manifesto Pancasila, yaitu Ketuhanan YME, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sehingga jelaslah internalisasi nilai kebersamaan di dalam kegiatan perkuliahan di ABN merupakan suatu bentuk ikhtiar dari Partai NasDem untuk merevitalisasi nilai gotong-royong yang semakin tergerus di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk membangun suatu sinergitas antar mahasiswa ABN tidaklah mudah mengingat mahasiswa sangatlah heterogen dengan perbedaan pendidikan, status sosial, suku, agama atau kepercayaan, sehingga setiap mahasiswa haruslah mengubur dalam-dalam ego etno sentrisme dan primordialisme selama pendidikan berlangsung dan menumbuhkan semangat persatuan kesatuan ala Indonesia yaitu gotong-royong.
Oleh : R. Darma Tyas Utomo, S.H
(Kor.Wil. ABN DPW NasDem Daerah Istimewa Yogyakarta)