NasDem Minta Menguatnya Dollar Jangan Dipolitisasi
JAKARTA, (24 april) : Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) bijaknya tidak dipolitisasi untuk mengambil kepentingan politis. Politisasi melemahnya Rupiah terhadap USD justru akan merugikan dan semakin mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Hal tersebut diungkapkan Sekertaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Johnny G PLate saat dihubungi di Jakarta, Selasa (24/4).
Menguatnya USD dikatakan oleh Johnny merupakan reaksi jangka pendek atas kebijakan ekonomi makro yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Kebijakan Trump berdampak pada membaiknya ekonomi AS jelang pertemuan Federal Oversight Market Comittee (FOMC) The Fed.
"Pelemahan rupiah ini akan terjadi dalam jangka pendek dan akan kembali stabil pada nilai intrinsiknya sesuai asumsi makro nilai tukar rupiah pada APBN 2018 sekitar Rp 14.500/USD," ungkap Johnny.
Johnny menekankan, penguatan USD tidak saja berpengaruh hanya pada nilai tukar rupiah saja. Penguatan USD juga berpengaruh terhadap mata uang dari negara lain seperti Euro, Swiss Franc, Poundsterling, Yen dan mata uang negara anggota ASEAN lainnya seperti Dollar Singapura, Peso Filipina, dan Dong Vietnam.
"Sesuai mandat UU, lembaga negara independen yang menjaga nilai tukar rupiah adalah Bank Indonesia (BI), BI punya kewenangan luas termasuk melakukan intervensi di Pasar Forex pada transaksi devisa yang saat ini terus dilakukan," tuturnya.
Karena sifat BI yang independen, Johnny melanjutkan sangat bias apabila melemahnya Rupiah terhadap USD dikaitkan-kaitkan untuk menurunkan elektabilitas Presiden Jokowi. Meskipun diakui oleh Johnny, memang harus ada koordinasi makro ekonomi dengan otoritas fiskal dalam hal ini menteri keuangan RI dan otoritas mikro prudensial OJK.
"Sejauh ini intervensi forex oleh BI cukup efektif karena berhasil menahan laju pelemahan rupiah lebih rendah dibanding dengan pelemahan nilai tukar beberapa negara asean tersebut di atas," ungkapnya. (Uta/*)