Jurus Jitu Ibrahim Hasyim Kelola Sumur Minyak Tua di Aceh
Getting your Trinity Audio player ready...
|
BANDA ACEH , (4 Mei): Sumur minyak tua di Peureulak, Aceh telah resmi ditutup pasca kebakaran. Jika ingin diupayakan kembali produktif, kader NasDem asal Aceh, Ibrahim Hasyim yang juga Ketua Umum Alumni Akademi Migas (ILUGAS) mengatakan, ada beberapa hal yang harus dilakukan.
"Pertama perlu adanya peraturan yang lebih tekhnis oleh pemda setempat. Kemudian dibutuhkan pelaksanaan yang sesuai aturan, mengenai kelembagaan hingga prosedur teknis dan penjualannya," ungkap Ibrahim di Banda Aceh, Jumat, (4/5).
Bakal calon anggota legislatif untuk DPR RI dari NasDem ini juga menambahkan, dibutuhkan juga penyesuaian harga jual, dari 70% ICP menjadi sekurangnya 80 % ICP.
“Kenaikan itu untuk memperbaiki teknologi dan keselamatan,” kata Ibrahim.
Ditambahkan Ibrahim, point penting lainnya adalah badan usaha yang membeli minyak, harus membina karena ada keuntungan.
Seperti diberitakan sebelumnya sumur minyak ilegal di Ranto Peureulak, Aceh Timur, itu terbakar pada Rabu 25 April 2018 lalu. Setidaknya 19 orang tewas dan, puluhan lainnya masih dirawat di rumah sakit.
Keterangan yang dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyebutkan api mungkin ‘berasal dari percikan api pada saat seorang pekerja melakukan pengelasan pipa yang akan dimasukkan ke dalam sumur’.
Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Aceh mengatakan satu sumur yang dibor secara tradisional mengeluarkan minyak dan gas dan di saat yang bersamaan datang sekelompok warga untuk mengambil minyak yang keluar.
Dikatakan kelompok orang yang sedang mencari minyak mentah tersebut berjumlah lebih dari 10 orang. Sedangkan warga yang melihat dan berebut minyak jumlahnya sangat banyak.
Menanggapi peristiwa kebakaran sumur minyak di Aceh Timur ini, Ibrahim Hasyim, mengatakan, perlu adanya peraturan dan pengawasan sumur-sumur tua yang jumlahnya semakin bertambah. Produksi sumur ini sebenarnya sudah tidak ekonomis lagi. Namun bagi masyarakat setempat masih bisa dimanfaatkan, sehingga kondisinya semakin luas dan bertambah.
“Sayangnya masyarakat itu tidak terlalu paham soal safety. Dan dalam kenyataannya sudah berapa kali terjadi kebakaran dengan korban manusia,” kata Ibrahim yang juga mantan anggota Komite BPH Migas.
Ibrahim menyarankan, agar pemerintah mengatur lebih teknis sekiranya sumur minyak tua itu akan diusahakan oleh masyarakat. Misalnya, pengusahaan oleh masyarakat dalam bentuk koperasi.
''Sumur tua migas yang sudah tidak ekonomis diusahakan di masa mendatang yang akan terus meningkat jumlahnya itu tidak boleh dibiarkan tanpa pengaturan dan pengawasan,” pungkas Ibrahim.(*)