Artis dan Keterbukaan Partai NasDem

JAKARTA (28 Juli): Sederet nama artis yang tidak asing di telinga masyarakat Indonesia lewat tayangan televisi dan layar lebar bergabung ke Partai NasDem.

Nama-nama itu diproyeksikan untuk mengikuti pesta demokrasi 5 tahunan di Indonesia (pemilu legislatif) tahun depan.

Nama-nama seperti Nafa Urbach, Farhan, Sahrul Gunawan, Kristina, Intan RJ, Elma Theana, Lucky Hakim, Manohara Odelia, Della Puspita, Krisna Mukti, Thessa Kaunang, dan sederet nama ngetop lainnya siap memperjuangkan aspirasi masyarakat lewat tugas dan fungsi di parlemen DPR RI.

Artis-artis yang kini telah menjadi keluarga besar Partai NasDem itu ternyata tidak sembarangan dicalonkan NasDem di pileg mendatang. 

Sebut saja Manohara Odelia selain sibuk di dunia modeling, ia juga aktif bersama organisasi NGO yang peduli dengan pelestarian alam dan lingkungan.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh merespons kabar transfer yang diberikan kepada sederet nama artis untuk bisa bergabung ke Partai NasDem. Menurut dia, jangan pernah ada kalimat yang merendahkan kemampuan suatu profesi. Apalagi dalam suatu tahapan menuju anggota dewan yang terhormat.

“Kenapa kita merendahkan sekali kemampuan profesi yang patut kita hargai, posisi dewan yang kita hargai tentu sebagai yang terhormat,” ungkap Surya Paloh dalam program AFD Now di CNN Indonesia, Jumat (27/7).

Pernyataan Ketua Umum NasDem ini bukan tanpa sebab menyusul maraknya artis dan seniman yang bergabung ke NasDem santer dikabarkan melalui proses transfer layaknya pemain sepak bola dengan bayaran miliaran rupiah.

Menurut Surya Paloh, ketika putra-putri bangsa ingin menjadi anggota parlemen kemudian hanya dihargai dengan sejumlah uang atau materi, maka, kata dia, penghargaan terhadap nilai yang positif tadi akan berkurang, bahkan jadi hilang begitu saja.

“Karena saya juga sesungguhnya tidak memiliki kekuatan untuk melakukan transfer seperti itu,” katanya.

Surya Paloh menegaskan Partai NasDem mencetuskan hal baru yang membebaskan segala macam tuntutan termasuk paling depan menentang mahar politik. Artinya NasDem menolak potensi uang yang lumrah di Indonesia untuk menghormati dan menjaga moralitas dalam berpolitik.

“Sebaliknya sekarang dikatakan membayar, ruginya dua kali sudah gak dapat sekarang harus kasih lagi, lalu apa yang kita mau cari,” tukasnya.

Surya Paloh juga tidak khawatir dengan stigma kebanyakan orang tentang kemampuan kader partai yang datang dari kalangan artis. 

Menurutnya selain memberikan kesempatan untuk pemerataan perwakilan masyarakat di DPR, NasDem juga percaya dengan kemampuan yang dimiliki kadernya.

“Apa yang salah dengan profesi yang mereka miliki kenapa kita menjudge artis, budayawan rata-rata kemampuan intelegensi dan intelektualnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan katakanlah aktor praktisi atau politisi lain?  Belum tentu,“ terangnya.

Bergabungnya sederet artis dan seniman ke gerbong Partai NasDem, diyakini Surya Paloh mampu menghadirkan suasana keterbukaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa berbagai latar belakang bisa berkontribusi untuk membangun bangsa lewat gerakan restorasi Indonesia.

Sekarang, lanjut Surya Paloh, adalah bagaimana bisa berkompetisi dengan mempersiapkan diri dan menjaga semangat serta tekad dalam sebuah harmoni untuk menghasilkan sesuatu yang lebih optimal ke depannya. 

"Kita berkompetisi tapi yang pertama kita juga harus mempersiapkan diri dalam menjalaninya dalam harmoni,” terangnya.

Sedikitnya ada dua hal yang diperhitungkan NasDem sebelum mencalonkan kadernya di Pileg 2019 di antaranya menurut Surya Paloh, adalah tingkat kapabilitas dan elektabilitas sebelum dipilih untuk mwakili masyarakat memperjuangkan 575 kursi di DPR RI.

“Ini saling melengkapi, saya melihat justru patut disyukuri,” katanya.

Selain kalangan artis, NasDem juga memiliki calon anggota legislatif dari berbagai kalangan seperti petahana, budayawan, anak muda berprestasi, insan pers, intelektual, mantan gubernur hingga mantan menteri.(*)

Add Comment