Siti Nurbaya Ingatkan Ancaman Kepunahan

BITUNG (31 Agustus): Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang juga kader NasDem Siti Nurbaya mengingatkan kembali pentingnya menjaga sumber daya alam Indonesia. Selain dikenal sebagai megabiodiversity country atau negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, Indonesia juga dikenal sebagai biodiversity hotspot.

"Yaitu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, sekaligus menghadapi keterancaman atas kepunahannya juga tinggi," ujar Menteri Siti Nurbaya di puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), di Taman Wisata Alam Batu Putih, Kecamatan Ranowulu, Bitung Sulawesi Utara, Kamis (30/8).

Lebih jauh Siti mengatakan, keanekaragaman hayati Indonesia, berdasarkan data LIPI, disebutkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 720 jenis mamalia (13% dari jumlah jenis dunia), 1.605 jenis burung (16% jumlah jenis dunia), 723 jenis reptilia, 1.900 jenis kupu-kupu, 1.248 jenis ikan air tawar, dan 3.476 jenis ikan air laut.

Jumlah itu belum termasuk jenis-jenis invertebrata seperti udang, kepiting, laba-laba, dan serangga lainnya. Demikian pula dengan keragaman budaya yang sangat kaya dan unik di setiap kelompok masyarakat yang tersebar di ribuan pulau-pulau seluruh Tanah Air.

"Potret saat ini tidak begitu menggembirakan," ungkap Siti.

Misalnya nasib Yaki (Macaca nigra) yang menjadi simbol dari peringatan HKAN kali ini. Karena tingginya aksi perburuan liar, dan hilangnya habitat populasi satwa endemik Sulawesi Utara ini, menyebabkan populasi Yaki menurun hingga 80% hanya dalam kurun 30 tahun.

Masih banyak jenis satwa lainnya yang bernasib sama. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa itu diperbolehkan oleh manusia, apabila jumlah populasi di alam telah aman, statusnya tidak dilindungi, dan telah dapat dikembangbiakkan sehingga pemanfaatannya tidak mengambil langsung dari alam.

"Memanfaatkan sumber daya alam untuk kehidupan namun tetap menjaganya dari kerusakan dan kepunahan, adalah prinsip dasar dari kearifan tradisional sebagai pembentuk budaya lokal di seluruh Tanah Air," kata Menteri Siti.

Bertambahnya kebutuhan lahan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati, pada akhirnya tidak dapat dihindari sejalan dengan lahirnya pusat-pusat pertumbuhan, pembangunan, diiringi dengan perkembangan dan mobilitas penduduk.

Tantangannya adalah menyinergikan dan menyeimbangkan antara tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu pilar ekonomi, pilar ekologi, dan pilar sosial budaya.

"Karenanya, salah satu upaya menjaganya dengan menjadikan konservasi alam sebagai kerja kolektif dan sikap hidup, serta budaya bangsa," ujarnya.

Lebih lanjut Menteri Siti mengatakan, berbagai kebijakan dan aturan yang dibuat pemerintah, kiranya perlu didukung bersama, sehingga secara keseluruhan masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi sekaligus juga menjaga kelestariannya.

Pemerintah juga melakukan upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam konservasi sumber daya alam dengan memberikan apresiasi kepada individu maupun kelompok masyarakat melalui pemberian Apresiasi Konservasi Alam dan Penghargaan Kalpataru.

"Mari kita jadikan konservasi alam sebagai bagian dari sikap hidup dan budaya bangsa, yang dapat kita wariskan kepada generasi penerus. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita," pungkasnya.(MI/*)

Add Comment