Tahun Pemilu Ketum NasDem Minta Elite Politik Menahan Diri
JAKARTA (26 Oktober): Memasuki tahun politik atau pemilu, para elite politik yang ada di dua kubu pasangan calon presiden-calon wakil presiden, masing-masing diharapkan tidak melontarkan pernyataan yang bisa memanaskan tensi politik. Ajakan itu dikemukakan Ketua Umum NasDem Surya Paloh. Dia mengajak agar elite politik dewasa dalam menghadapi tahun politik.
"Memang itu yang kita harapkan semuanya (bisa menahan diri)," kata Surya.
Surya menyebut demokrasi bukan alasan setiap pihak bebas mengemukakan pendapatnya, kemudian memecah belah. Demokrasi tetap menjunjung tinggi sikap kesantunan dan moralitas.
"Sistem aplikasi demokrasi yang bebas tetap pada satu komitmen moralitas kita," ucap dia.
Surya berpesan, pada pesta demokrasi lima tahunan meski berbeda-beda pilihan, persatuan dan kesatuan tetap harus dijaga. Perbedaan politik hanya lima tahun sekali. Selebihnya tetap bersatu dalam kehidupan sehari-hari.
"Pilpres enggak setiap hari dan pileg enggak setiap hari, lima tahun sekali. Tetapi, kita berada di negeri ini setiap hari sebagai saudara. Itu opini saya ya,'' ujarnya.
Surya juga menyinggung soal ekspresi spontanitas yang dilontarkan Jokowi, yakni politisi sontoloyo. Menurut Surya, pernyataan Jokowi merupakan ekspresi spontanitas dari seorang Presiden yang kerap mendapatkan ujaran kebencian dari lawan politik.
"Wajar sekali, saya pikir enggak ada yang salah ya. Bung Karno juga (pernah) menyebutkan istilah sontoloyo itu," ujar Surya.
Menurut Surya, Jokowi tetap-lah seorang manusia biasa meski berstatus seorang Presiden. Surya juga mengapresiasi Jokowi dengan kerendahan hatinya yang tetap sabar saat mendapatkan fitnah dan ujaran kebencian yang ditujukan kepadanya.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin, Erick Thohir menyebut sekarang sudah bukan zamannya lagi menjalankan politik kebencian, adu belah, dan adu domba yang disebut juga politik sontoloyo.
"Saya rasa Presiden punya presepsi bagus. Presiden ingin menjaga seluruh tim tidak boleh membuat statement tanpa fakta dan data apalagi membingungkan rakyat."(*)