Masykur Nilai Pemda Lamban Bangun Huntara
DONGGALA (10 November): Anggota DPRD Sulawesi Tengah dari Fraksi NasDem, Muhammad Masykur menilai Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah lamban menyediakan pembangunan hunian sementara (Huntara) bagi warga Desa Lero dan Lero Tatari yang tidak lagi memiliki rumah karena tertimpa bencana gempa dan tsunami.
Penilaian tersebut disampaikan Masykur setelah melihat kondisi pengungsian di Kecamatan Sindue dan bertatap muka langsung dengan warga di sela reses bertempat di Posko Pengungsian Lapangan Sanggola Dusun 01 Pompaya Desa Lero, Kamis (8/11).
Masykur mengatakan, sudah sebulan lebih warga korban bencana alam hidup di tempat pengungsian. Ribuan jiwa masih tidur di atas tanah beralaskan tikar dan beratap tenda. Kondisi seperti ini tentunya sudah tidak manusiawi. Adaptasi kemampuan dan daya tahan tubuh ada batasnya. Apalagi orang tua dan anak-anak. Penyakit sudah pasti kerap datang mengancam.
"Tentunya dari aspek kesehatan, ada batas toleransi berapa lama orang dapat hidup dari kondisi seperti itu. Satu bulan itu sudah sangat lama. Idealnya paling lama dua minggu. Kalau sudah lebih maka itu artinya ada hak korban yang diabaikan," sebut Masykur.
Lebih lanjut Masykur menyatakan di masa penetapan status transisi darurat ke pemulihan gempa bumi, tsunami dan likuifaksi selama 60 hari terhitung mulai 27 Oktober hingga 25 Desember 2018, berdasar Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah maka salah satu tugas mendesak Pemda adalah menyediakan Huntara. Soal itu tidak perlu diperdebatkan lagi.
"Sebab mau sampaikan kapan lagi warga korban dibiarkan hidup seperti itu. Apakah kita mesti menunggu semua sakit atau tunggu sampai ada yang meninggal. Saya kira, di antara kita tidak ada yang menginginkan seperti itu," kata Masykur.
Masykur berharap pemda segera merealisasikan pembangunan Huntara di Desa Lero dan Lero Tatari di masa transisi darurat ke pemulihan ini. Data terkini yang tercatat di Posko Pengungsian sebanyak 300 Kepala Keluarga di Desa Lero dan 200 Kepala Keluarga di Desa Lero Tatari hidup di tempat pengungsian. (*)