Penanganan Transisi Darurat di Sulteng Perlu Pendekatan Padat Karya
PALU (15 November): Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dari Fraksi NasDem, Nasution H Camang, mengatakan untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi rumah tangga masyarakat miskin, terutama nelayan kecil di Kota Palu, maka penanganan tahap transisi darurat dan pemulihan pasca gempa, tsunami dan liquefaksi di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala), mestilah menggunakan pendekatan program pada karya.
Penegasan ini disampaikannya menanggapi keluhan dan harapan sejumlah warga nelayan dalam kegiatan kunjungan reses di titik pengungsian Kadongo, Kelurahan Mpanau, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu, Sulteng (13/11).
Menurut dia, masyarakat nelayan di pesisir Teluk Palu, termasuk yang paling terpuruk pasca gempa, tsunami dan liquefaksi. Mereka tidak saja kehilangan anggota keluarga, rumah dan harta benda lainnya, tapi juga kehilangan mata pencaharian.
"Perahu dan alat tangkap mereka rusak dan hilang, tak bisa lagi melaut. Bahkan kalaupun bisa melaut, warga kota Palu juga masih enggan mengkonsumsi ikan dari teluk Palu. Jadi, begitulah kondisi yang dialami oleh tidak kurang dari 200-an KK nelayan di Mpanau dan Pantoloan Boya," jelas legislator Fraksi NasDem itu.
Di Posko Pengungsian Kadongo saja, menurut Heni, anggota LPM Kelurahan Mpanau, ada 119 KK yang sebagian besarnya nelayan disamping sebagai buruh harian lepas.
"Mereka rata-rata hanya nelayan kecil. Mau tangkap ikan perahu sudah hancur, dan orang Palu juga belum mau makan ikan dari Teluk Palu. Jadi mohon pemerintah carikan solusi," pintanya seperti keterangan tertulis yang dikirim ke redaksi partainasdem.id.
Bagi Nursyam, salah seorang warga RT 7 (Kadongo) Kelurahan Panau, pekerjaan hunian sementara (Huntara) mestinya merekrut tenaga kerja lokal.
"Di sini (Kadongo) PUPR membangun huntara. Mestinya warga di sini saja yang dipekerjakan, tidak usah dari luar supaya ada sumber pendapatan, sehingga kami tidak lagi hanya bergantung pada bantuan logistik dari luar," sarannya.
Menanggapi keluhan dan saran warga, Nasution Camang menyampaikan respon positif dan meminta Pemprov Sulteng dan Pemerintah Kota Palu menggunakan pendekatan program padat karya dalam penanganan transisi darurat dan pemulihan pasca gempa, tsunami dan liquefaksi.
"Saya kira pembangunan huntara, huntap, rehabilitasi infrastruktur bisa menggunakan pendekatan padat karya tunai, sebagaimana dilakukan PUPR di desa-desa," tegas Caman.
Pendekatan padat karya tunai ini, kata Camang, tidak saja membuat penanganan transisi darurat dan pemulihan pasca bencana lebih partisipatif, lebih dari itu menjadi sabuk pengaman ekonomi keluarga korban yang kehilangan mata pencarian. Dan secara psikologis, masyarakat perlahan-lahan bisa melupakan situasi traumatis karena mulai memiliki pekerjaan alternatif meski hanya sementara, ketimbang mereka nganggur di tenda-tenda pengungsian.
"Kondisi ini dikhawatirkan akan membuat psikologi mereka seterusnya sebagai pengungsi, sehingga sulit untuk bangkit," pungkas Nasution.(*)