Intuisi Hati Nilmaizar
PADANG (28 November): Siapa tak kenal sosok bersahaja satu ini. Kariernya di dunia sepak bola sudah tak perlu diragukan lagi.
Putra asli Minang kelahiran Payakumbuh, 2 Januari 1970 ini sudah malang melintang di persepakbolaan tanah air hingga mancanegara.
Saat ini Nilmaizar sedang menukangi kesebelasan PS Tira yang merupakan salah satu tim kasta tertinggi di Liga Indonesia.
Medium 2011 pelatih yang mengikuti kursus kepelatihan hingga ke Jerman ini dipercaya menjadi arsitek timnas senior Indonesia.
Bakat sepak bola ayah dari Medina Amanda dan Rania Salsabila ini memang sudah begitu kentara sejak usia 10 tahun. Selepas membela klub tanah kelahirannya, bakat Nil terpantau hingga ia direkrut ke Diklat Padang dan berlanjut ke Diklat Ragunan.
Kemahiran Nilmaizar mengolah si kulit bundar pada medium tersebut semakin jelas terlihat. Pemilik NM Sport Apparel ini pun dipercaya membela timnas Indonesia di era 90-an. Suami dari Mairosra ini bahkan mendapat kesempatan untuk bermain di salah satu klub kenamaan Republik Ceko, Sparta Prague.
Nilmaizar tak rela meninggalkan kampung halamannya begitu saja. Selepas meniti karier di Eropa ia lantas kembali ke tanah kelahirannya dan melanjutkan karier sepak bolanya bersama Semen Padang hingga meraih gelar juara Piala Galatama musim 1992.
Sambil menekuni karier sepak bolanya Nilmaizar juga tak pernah pernah meninggalkan pendidikannya. Ia pun sukses meraih gelar sarjana ekonomi dari Universitas Ekasakti Padang tahun 1999.
Selepas pensiun bermain sepak bola tahun 1999 Nilmaizar merasa tak bisa meninggalkan dunia sepak bola yang telah menjadi hidupnya. Ia pun mengisi hari-harinya dengan menjadi pelatih sepak bola.
Di awal kariernya sebagai pelatih sepak bola, nama Nilmaizar memang kurang terdengar di telinga publik. Namun siapa sangka setelah promosi menjadi pelatih kepala di Semen Padang FC Nilmaizar sukses membawa skuat Kabau Sirah finish di peringkat empat klasemen akhir ISL musim 2010/11.
Torehan tersebut kemudian melambungkan nama Nilmaizar sebagai pelatih kenamaan tanah air. Namun pribadinya tak pernah berubah masih sama seperti dulu. Tak pernah canggung sekalipun bagi Nilmaizar untuk berbaur dan berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat.
Pribadinya yang bersahaja di dalam maupun luar lapangan membuat Nilmaizar menjadi pelatih yang sangat dicintai oleh para pendukung tim Kabau Sirah. Apalagi di musim 2010 Nilmaizar juga sukses membawa Semen Padang sebagai tim yang tidak pernah terkalahkan di kandang sepanjang tahun.
Satu musim berselang Nilmaizar dipercaya menangani Tim Nasional Indonesia menggantikan pendahulunya, Alfred Riedl. Meski dihadapkan dengan permaslahan dualisme kompetisi di tanah air tak sedikit pun menyurutkan langkahnya untuk memberikan yang terbaik bagi bangsanya.
Ia bisa menolak permintaan melatih Timnas dan memilih tetap melatih tim sebelumnya untuk kepentingan pribadinya. Namun Nilmaizar bukan pribadi demikian. Ia memilih mengikuti intuisi hatinya membela tanah air meski ia mengetahui akan sangat berat di tengah kondisi dualisme kepengurusan.
Pelatih satu ini memang dikenal sebagai motivator ulung. Ia meyakini bahwa masa depan itu harus dijemput, bukan ditunggu sama halnya dengan sepakbola.
“Kita harus ikhlas melakukan yang terbaik buat Indonesia. Karena apabila kita melakukan itu dengan niat baik, maka hasilnya akan baik yang penting sabar dan ikhlas,” ungkapnya.
Menurutnya apabila kita bersyukur maka apa pun yang sedang dijalani pasti akan sangat terasa nikmat.
“Saya juga sering bicarakan hal ini kepada pemain agar mereka semangat saat latihan dan pertandingan,” tambahnya.
Banyak pihak memosisikan Nilmaizar sebagai tauladan. Sebab selain ramah kepada sesama, Nilmaizar juga dipandang sebagai salah satu putra terbaik bangsa yang memiliki integritas dan kredibilitas.
Tidak ketinggalan pria yang satu ini juga dikenal luas sebagai pribadi yang religius. Ia mengaku lebih senang beribadah ketimbang merayakan kemenangan dengan berpesta pora seperti kebanyakan orang.
Nilmaizar bersama semangatnya hadir untuk membawa perubahan yang terekam dalam ingatan dan mindset anak muda. Ia pun dipercaya sebagai dewan pembina Garda Pemuda NasDem Sumatera Barat.
Pelatih ini pun maju di pileg 2014 namun perolehan suara Nil hanya terpaut tipis dari peraih kursi terakhir di dapilnya.
“Belum rezeki saya, dan Allah SWT belum percaya saya bisa mengemban amanah rakyat, saya harus memperbaiki diri lagi,” katanya.
Perolehan suara yang tipis dengan pemegang kursi terakhir di Dapil II Sumbar, membuat pria 48 tahun ini kembali berjuang di pileg 2019. Nilmaizar yang sudah selesai dengan diri dan keluarganya ini merasa dedikasinya sebagai anak bangsa belum lengkap apabila tak bermanfaat untuk masyarakat banyak.
Ia juga meyakini terdapat ribuan suara yang dititipkan padanya empat tahun lalu untuk dijemput kembali. Kini berbekal nomor urut 1 di Dapil Sumatera Barat II, Nilmaizar kembali memulai langkahnya dengan basmallah berharap kemudahan dan izin dari Allah SWT. (*)