Ada Yang Lebih Baik dari Jokowi?

MESKIPUN saya calon anggota legislatif (caleg) dari partai (NasDem) yang mengusung dan mendukung Joko Widodo (Jokowi), saya jamin kalau saya bertemu dengannya dan saya bertanya, "Pak kenal saya nggak?", Jokowi pasti akan berpikir dan dalam hati berkata, "memangnya lo siapa?"

Memangnya saya siapa? Meskipun pada Pilpres 2014, saya pernah duduk di sebelahnya dalam satu meja saat rapat pemenangan di markas Media Center Jokowi-JK di Jl Cemara 12 Menteng, Jakarta Pusat, saya yakin Jokowi nggak ingat peristiwa itu. Apalagi saya, lha wong, yang hadir nggak cuma saya.

Demikian pula, meskipun saya pernah berfoto berdua dengannya begitu terpilih menjadi presiden (waktu itu masih pakai baju kotak-kotak), saya jamin Jokowi nggak tahu siapa saya. 

Jika saya nekat GR, dan inclik-inclik lalu kepo sok akrab saat bertemu dengannya, dan kemudian menyapa Jokowi, "halo Pak apa kabar?", dia pasti akan semakin "plonga-plongo" dan berkata di dalam hati: "wong iki sopo toh (orang ini siapa sih?)"

Tak bisa dimungkiri, saya memang punya "ikatan batin" dengan Jokowi. Namun, tak punya ikatan apa-apa (yang lain) dengannya.

Oleh sebab itu, ketika sampai detik ini, ia terus difitnah, dihina, dibully dan mendapat predikat buruk dari orang-orang yang membencinya, saya nggak peduli. Memangnya Jokowi ada apa dengan saya? Teman bukan, saudara apalagi? 

Dia "hanya" seorang presiden yang harus bertanggung jawab menjadi pelayanan yang baik buat rakyat, bangsa dan negara. Itu saja.

Saya juga nggak perlu ikut-ikutan sakit hati ketika ia dibenci. Lha, gimana saya harus sakit hati jika diperlakukan seperti itu, dia tenang-tenang saja dan menganggap semua itu hanya dinamika politik menjelang Pilpres 2019.

Saya mencoba menggunakan logika saat berusaha memahami mengapa ada orang yang membenci Jokowi? Saya coba menggunakan "akal sehat" saya, dan hasilnya NOL besar. Saya nggak menemukan tuh alasan mereka membenci Jokowi?

Katanya Jokowi pro aseng dan asing. Gara-gara ini, mereka membenci Jokowi. Jika pun ini benar, memangnya kenapa? Saya, saudara saya, anak saya, istri saya, tetangga saya, engkong saya nggak merasa terzolimi dan tersaingi tuh oleh asing dan aseng tuh?

Mungkin itulah yang menyebabkan Jokowi tak peduli dengan kebencian-kebencian yang sampai detik ini tak habis-habisnya disebarluaskan lewat medsos dan grup-grup WA. Jadi ngapain saya harus pedulikan Jokowi?

Bahwa kemudian saya pada Pilpres 2019 nanti tetap memilih dia, selain karena partai saya (NasDem) yang secara all-out mendukungya, saya sangat yakin Jokowi adalah orang baik, sederhana, penuh kasih dan serius bekerja guna mengembalikan kejayaan Indonesia.

Ada yang "menuduh" saya orang baik. Tapi kalau mau introspeksi, kebaikan saya (pede banget nih saya) nggak bisa dibandingkan dengan kebaikan Jokowi.

Anda mungkin bertanya, bagaimana jika ada tokoh lain yang lebih baik, lebih santun, lebih berprestasi dan lebih segalanya daripada Jokowi, lalu tokoh ini nyapres?

Silakan beritahu saya. Saya akan memilihnya. Ngapain saya memilih Jokowi sebab dia nggak kenal saya, kok? He he he .. []

Add Comment