a

Dienny Sambut Baik Upaya Kerja Sama Perdagangan Indonesia-Ekuador

Dienny Sambut Baik Upaya Kerja Sama Perdagangan Indonesia-Ekuador

QUITO (25 Desember): Duta Besar Republik Indonesia untuk Ekuador yang juga politisi Partai NasDem Diennaryati Tjokrosuprihartono didaulat menjadi penasihat dalam forum pertemuan bilateral pertama antara Indonesia dan Ekuador di bidang perdagangan atau Working Group on Trade and Investment (WGTI) yang berlangsung di Quito, Ekuador, pekan lalu.

Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini dan didampingi Duta Besar RI untuk Ekuador.

Sedangkan delegasi Ekuador dipimpin Director for Asia, Africa and Oceania, Ministry of Production, Trade and Investment, Maria Fernanda Cruz.

Hal tersebut merupakan langkah awal pemerintah dalam memulai forum kerja sama diversifikasi tujuan ekspor.

Dienny menyambut baik pertemuan tersebut. Menurutnya, hal tersebut adalah peristiwa bersejarah setelah 38 tahun Indonesia memiliki hubungan diplomatik dengan Ekuador.

"Baru pertama kali kedua negara mengadakan pertemuan WGTI yang merupakan forum komunikasi membahas isu-isu perdagangan dan investasi," terangnya.

Dienny mengungkapkan WGTI telah disepakati pembentukannya lima tahun yang lalu, pada saat ditandatanganinya Nota Kesepahaman kedua negera pada 2012.

"Kami sangat mendukung dan bersyukur WGTI pertama dapat dilaksanakan tahun ini agar momentum bersejarah ini dimanfaatkan sebagai wadah eksplorasi potensi perdagangan kedua negara," tambahnya.

Dienny menambahkan dalam pertemuan ini, kedua negara melakukan pembahasan tentang isu-isu strategis terkait perdagangan bilateral, termasuk isu akses pasar, sektor investasi prioritas kedua negara, fasilitasi perdagangan, prosedur kepabeanan, dan sanitary and phytosanitary (SPS).

"Kedua negara meyakini WGTI dapat mendorong ekspor produk Indonesia dan mengurangi berbagai kemungkinan timbulnya hambatan perdagangan," ujar Dienny.

Masih kata Dienny, Ekuador merupakan mitra dagang terbesar ke-5 bagi Indonesia di kawasan setelah Brasil, Argentina, Chile, dan Peru. Untuk itu, kerja sama perdagangan dengan Ekuador diyakini dapat menguatkan pasar Indonesia di Amerika Latin, mengingat posisi mereka yang strategis di kawasan.

"Indonesia juga menyampaikan keluhan eksportir terkait tarif Ekuador yang masih tinggi. Untuk itu, Indonesia mengusulkan agar kedua negara dapat menganalisis kemungkinan kerja sama perdagangan di masa depan. Untuk itu, kedua delegasi sepakat untuk melakukan kajian internal mengenai kemungkinan sebuah perjanjian dagang dimasa depan," ungkapnya.

Atas pengaturan KBRI Quito dan pemerintah Ekuador, Delegasi RI juga melakukan diskusi dengan Asosiasi Budi Daya Ikan dan Udang, serta Asosiasi Kelapa Sawit yang bertujuan mengidentifikasi potensi kerja sama kedua negara.

"Pemerintah Ekuador juga menjadwalkan agenda kunjungan ke pabrik kakao dan ladang bunga mawar, yang merupakan dua komoditas impor utama Indonesia dari Ekuador. Juga pertemuan dengan pengusaha Kelapa Sawit Ekuador," ungkap Dienny.

Total perdagangan antara Indonesia-Ekuador pada periode Januari—September 2018 mencapai USD 154,8 juta. Nilai ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, yang tercatat sebesar USD 96,9 juta. Ekspor nonmigas Indonesia ke Ekuador periode Januari—September 2018 sebesar USD 58,7 juta.

Produk ekspor terbesar Indonesia ke Ekuador di antaranya yaitu kendaraan bermotor, mesin pemurni, karet alam, dan kertas. Sementara itu, nilai impor nonmigas adalah sebesar USD 96,1 juta. Beberapa produk impor Indonesia dari Ekuador terbesar yaitu biji kakao, tembakau, pakan ikan, bunga potong, dan reagen laboratorium.

"Kedua negara sepakat untuk melaksanakan pertemuan ke-2 di Indonesia pada 2019 dengan agenda utama pembahasan hasil analisis kemungkinan kerja sama perdagangan Indonesia-Ekuador, serta rencana pembentukan MoU dalam bidang investasi," tutup Dienny.(*)

Add Comment