Kudus Rindu Menjadi Kota dan Kabupaten Toleran
KUDUS (28 Desember): Caleg DPR RI dari Partai NasDem, Gantyo Koespradono, Kamis ,(27/12) menghadiri perayaan Natal umat Kristiani se Kabupaten Kudus di Gedung Graha Mustika, Kota Kudus, Jateng.
Gantyo memberikan apresiasi, sebab acara yang dihadiri lebih 1.100 orang itu sarat dengan keberagaman dan toleransi. Sejumlah anak muda berhijab hadir dalam perayaan guna memperingati hari lahirnya Isa Almasih tersebut.
Beberapa tokoh lintas agama juga diundang dalam acara tersebut. Sayang, Bupati Kudus M Tamzil tidak hadir, padahal umat Kristiani dan Panitia Natal yang diketuai Pdt Sriyono dari GITJ Kopen, Kudus sangat berharap pemimpin mereka hadir.
"Setahu saya, panitia sudah mengirim undangan kepada seluruh elemen pemimpin daerah di Kabupaten Kudus, tapi kami tidak tahu undangan tersebut sudah sampai ke tangan yang bersangkutan atau belum," kata Ketua Badan Musyawarah Antar-Gereja (Bamag) Pdt Herin Kahadi Jayanto dari GITJ Kudus.
Ketua Panitia Natal Pdt Sriyono menjelaskan bahwa tema Natal umat Kristiani se Kabupaten Kudus tahun ini adalah "Terang yang Bercahaya". Tema itu dipilih, menurut dia, sekaligus untuk menjawab berbagai persoalan bangsa yang diakui atau tidak membuat masyarakat galau, khawatir dan pesimistis.
Dia menyebut kegalauan yang dirasakan masyarakat itu di antaranya adalah intoleransi, korupsi, penyalahgunaan obat terlarang (narkoba), perusakan lingkungan dan sebagainya.
"Kita, khususnya umat Kristen di Kudus harus bisa menjadi terang yang bercahaya bagi bangsa," katanya.
Sriyono menjelaskan perayaan Natal yang disemarakkan artis ibukota, Agata Verencia Lie, itu melibatkan 43 gereja se Kabupaten Kudus dan 68 hamba Tuhan (pendeta) serta ratusan guru sekolah minggu.
Ketua Paguyuban Tali Akrab Kudus, Muhammad Rosyid yang diberi kesempatan memberikan sambutan mengungkapkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan Setara Institut, Kudus tidak masuk dalam kota maupun kabupaten toleran.
Menurut Rosyid, ini menjadi tantangan tersendiri bagi Kota dan Kabupaten Kudus. Faktanya, kata Rosyid, di Kudus memang masih ada peraturan daerah yang diskriminatif, terutama menyangkut persyaratan pembangunan tempat ibadah bagi umat Kristiani.
"Apa yang saya sampaikan ini sebenarnya saya tujukan kepada Bupati Kudus. Tapi sayang yang bersangkutan tidak hadir di sini," katanya.
Rosyid berharap tahun 2019 Kabupaten Kudus harus bisa menjadi kabupaten yang masyarakatnya toleran. Idealnya, menurut dia, di Kudus ada tempat (lokasi) yang di dalamnya berdiri rumah ibadah dari semua agama.
"Dengan begitu anak-anak bisa belajar bertoleransi dan mengenal agama-agama yang umatnya bisa rukun. Sehingga mereka tidak hanya belajar hidup rukun atau mengenal agama lain dari buku," katanya.
Kepada partainasdem.id Gantyo menyatakan salut atas kerukunan yang diperlihatkan para tokoh lintas agama di Kabupaten Kudus untuk menjadikan Kudus sebagai kota toleran.
"Pemerintah daerah sudah saatnya memperhatikan kerinduan para tokoh lintas agama tersebut dengan menyiapkan lahan yang nantinya bisa digunakan untuk pembangunan rumah ibadah bagi semua agama yang diakui di negeri ini," katanya.
Tali Akrab, seperti dijelaskan Pdt Herin Kahadi, adalah sebuah paguyuban yang anggotanya terdiri dari tokoh lintas agama dan aliran kepercayaan. Secara rutin mereka mengadakan pertemuan dalam rangka menjaga kebersamaan dan pluralisme di Kudus.*