Membangun Basis Politik Melalui Gerakan ‘NasDem Menanam’

Oleh: Nico Ainul Yakin

TIDAK banyak partai politik (parpol) yang memiliki basis massa fanatik, kecuali parpol yang kelahirannya diinisiasi oleh ormas atau kelompok tertentu yang sebelumnya telah memiliki basis kultural. Namun, bukan berarti parpol yang tidak memiliki basis kultural tidak memiliki masa depan. 

Direktur Program SMRC, Sirojuddin Abbas dalam risetnya menyebutkan bahwa pemilih nasional kita mayoritas masih mengambang (floating). Party ID atau rasa kedekatan pemilih dengan partai hanya 12%, atau hanya 1 dari 10 pemilih yang merasa dekat dengan parpol tertentu. Akibatnya parpol tidak memiliki basis massa yang besar dan solid. 

Untuk meraih sebesar-besarnya dukungan masyarakat dan menang di pemilu, parpol cenderung bersifat Catch-All, yang  berusaha menampung kelompok sosial sebanyak-banyaknya untuk menjadi anggota dan pendukungnya. Dalam posisi seperti ini, ideologi bukan lagi sesuatu yang sakral untuk ditanamkan sedemikian rupa oleh parpol kepada masyarakat, tetapi  parpol akan terus berusaha menjaring dan menangkap pemilih apapun dan dari manapun agar menjadi pemenang dalam kontestasi demokrasi. 

Kenyataan inilah yang menginspirasi Ketua DPW Partai NasDem Jatim, Sri Sajekti Sudjunadi dengan programnya yang bertajuk  “NasDem Menanam”. Program ini lahir dari sebuah proses kontemplasi yang kemudian mewujud menjadi salah satu role model untuk dikembangkan di tingkatan DPD NasDem se-Jatim. 

NasDem Menanam Sebagai Gerakan

Partai NasDem lahir dari sebuah proses dialektika pemikiran dan gagasan akan berbagai persoalan bangsa dan negara. Kata kunci dari kehadiran Partai NasDem adalah melahirkan pemikiran dan gagasan baru yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dirasakan manfaatnya. Dari pemikiran dan gagasan inilah lahir sejumlah program aksi yang menyentuh kebutuhan dan kepentingan masyarakat dengan beragam corak ragamnya – salah satunya adalah program “NasDem Menanam”. 

“NasDem Menanam” merupakan istilah yang digunakan Partai NasDem Jatim untuk membangun kedekatan warga masyarakat kepada Partai NasDem. Istilah ini lebih berorientasi kepada pemberdayaan masyarakat untuk menggambarkan bahwa setiap proses yang dilakukan berada dalam bingkai restorasi, yakni mencerahkan dan membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap dinamika yang mengitarinya. 

Makna yang tersirat dalam kegiatan ini adalah bagian dari proses menjalankan fungsi pendidikan politik yang oleh Almond dan Coleman (1977) disebut sebagai salah satu metode perekrutan masyarakat yang diarahkan kepada orientasi politik tertentu dengan peranan yang baik dan benar. 

Orientasi politik dalam kegiatan “NasDem Menanam” terlihat jelas dari nilai-nilai yang hendak ditanamkan kepada masyarakat, antara lain nilai tentang spirit kegotong- royongan, tepa selira (tenggang rasa) dan lain-lain. Kegiatan ini juga dapat menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat diperlukan bagi kelangsungan mahluk hidup dan meningkatkan kualitas lingkungan, terutama di wilayah perkotaan yang sarat polusi.

Adapun manfaat tidak langsung adalah meningkatkan kesehatan tubuh dan mental. Bertanam dapat membuat tubuh  terlatih secara fisik. Fisik menjadi lebih kuat dan membuat tubuh menjadi lebih bugar. Juga dapat melatih mental atau kesabaran dan kedisiplinan yang dilakukan saat merawat tanaman, dan masih banyak lagi manfaat yang diperoleh dari kegiatan “NasDem Menanam” ini.

  

Meskipun bukan menjadi tujuan utama, kegiatan “NasDem Menanam” ini dapat memberikan implikasi elektoral terhadap Partai NasDem jelang digelarnya Pemilu 2019.  

Membangun Basis Politik

Program “NasDem Menanam” dimulai dengan kegiatan menanam padi di Polybag (Namdili) yang diadakan di DPD NasDem Surabaya (27/1/2019). Sebanyak 2.670 polybag berisi tanaman padi dibagikan kepada 267 ibu-ibu warga Surabaya. Kegiatan serupa juga akan dilakukan  di beberapa DPD NasDem di Jatim, seperti Tuban, Lamongan, Kediri dan lain-lain dengan jenis tanaman dan media tanam yang berbeda.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh warga yang terlibat dalam kegiatan ini mulai dari pembenihan, perawatan sampai masa panen. Pada tahap awal, warga dikumpulkan untuk menerima penyuluhan tentang tata cara menanam, merawat dan memanen yang benar agar mendapatkan hasil maksimal.  Pada setiap tahap tersebut, partai melakukan monitoring (tilik bibit) sekaligus memberikan penyuluhan tambahan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Misalnya, ketika melakukan pemupukan, mereka akan berkunjung sebanyak dua kali untuk memastikan bahwa tanaman dirawat dengan baik. 

Kesempatan berkunjung kepada warga ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi dengan tema-tema lain, khususnya tema-tema politik. Intensitas komunikasi yang dilakukan secara terus menerus kapada warga akan melahirkan kepercayaan (trust) satu sama lain. Kepercayaan ini akan membuahkan dukungan politik, meskipun tidak pernah diminta. Hal ini terjadi karena warga dan partai tidak lagi berjarak.

Pola pendekatan semacam ini akan terus menggelinding bak bola salju, dan semakin lama akan semakin membesar kepercayaan warga terhadap Partai NasDem. Dari sini kita dapat melihat bahwa kegiatan NasDem Menanam ini memiliki implikasi positif terhadap perkembangan Partai NasDem ke depan.

Dampak elektoral yang terkait dengan program “NasDem Menanam” berhubungan erat dengan: (i) pelibatan secara massif kepada masyarakat untuk menjadi bagian dalam kegiatan ini; (ii) program tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama di wilayah perkotaan; (iii) program “NasDem Menanam” bersifat berkelanjutan (sustainable), dan tidak berhenti ketika dilaunching, tetapi ada sejumlah tahapan yang harus dilalui, di mana tahapan tersebut merupakan mata rantai yang dapat mendekatkan Partai NasDem kepada masyarakat.

Cara cerdas yang diinisiasi oleh Ketua DPW Partai NasDem Jatim ini akan memiliki daya tahan yang sangat kuat untuk eksistensi Partai NasDem ke depan.*

Nico Ainul Yakin;  Wakil Ketua Bidang OKK dan Sekretaris Bappilu Partai NasDem Jatim

Add Comment