Gagal Paham Pemilu Serentak 2019
Getting your Trinity Audio player ready...
|
Oleh Gantyo Koespradono
MELALUI grup Whats App (WA), teman-teman alumni mempromosikan saya agar teman-teman kami semasa SMA, memilih saya yang oleh Partai NasDem dicalonkan sebagai anggota legislatif (caleg) DPR-RI di Daerah Pemilihan Jawa Tengah 2 yang meliputi Kabupaten Demak, Kudus dan Jepara.
Sebagai seorang caleg yang tahu diri bahwa berjuang untuk mendapatkan kursi di Senayan tidak mudah, tentu senang, sebab ada teman-teman yang secara sukarela mempromosikan saya.
Namun, sayang apa yang dilakukan teman saya sia-sia, sebab sebagian besar, bahkan semua kawan saya di grup WA itu tinggal di Semarang dan Jabodetabek, sehingga tidak mungkin memilih saya yang menjadi caleg di Dapil Jateng 2 (sekali lagi Kabupaten Demak, Kudus dan Jepara).
Guna menghormati anggota WAG yang lain, saya sengaja tidak merespons "kampanye" teman saya itu. Saya tidak kemudian memanfaatkan aji mumpung dengan memanfaatkan WAG sebagai kesempatan untuk mempromosikan sosok saya sebagai caleg.
Pasalnya, saya menyadari banyak di antara kami yang punya pilihan berbeda menyambut Pemilu Serentak 2019 yang akan digelar 17 April mendatang, baik itu pilihan partai politik, maupun pilihan capres.
Saat melakukan pertemuan tatap muka dengan kawan-kawan, saya kemudian menjelaskan duduk perkaranya.
Mendengar penjelasan saya, kawan saya yang tinggal di Tangerang Selatan itu terkejut, "lho berarti aku tidak bisa pilih kamu?"
Keterkejutan teman saya — mungkin juga anggota masyarakat yang lain — membuktikan banyak di antara kita yang masih gagal paham tentang Pemilu Serentak 2019.
Berdasarkan pengalaman saya di lapangan, banyak calon pemilih yang tidak tahu (tidak mengenal) siapa caleg DPR-RI yang akan dipilih. Mereka juga tidak tahu — pastinya juga tidak mengenal — siapa calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Jangan salah sangka. Gagal paham masyarakat soal Pemilu Serentak 2019 itu tidak ada korelasinya dengan tinggi rendahnya tingkat pendidikan.
Menurut saya, ketidaktahuan masyarakat soal itu hanya disebabkan gaung Pilpres 2019 jauh lebih membahana daripada empat event Pemilu Serentak 2019 lainnya (pemilu anggota DPR RI, pemilihan anggota DPRD Provinsi, pemilihan anggota DPRD Kota/Kabupaten, dan pemilihan anggota DPD).
Lebih celaka, ada teman-teman — padahal mereka berpendidikan tinggi — yang tidak tahu bahwa pilpres dan pileg disatukan lewat Pemilu Serentak. Mereka beranggapan pileg dan pilpres masih dipisahkan seperti Pemilu 2014.
Masih pula ada yang bertanya kepada saya, "nanti kalau Pak Gantyo terpilih berarti pindah ke Jawa Tengah, dong?"
Pertanyaan itu menjadi bukti bahwa masih ada di antara kita yang belum/tidak bisa membedakan antara DPR-RI dan DPRD.
Namun, yang saya sering temukan di lapangan, ada anggota masyarakat yang tidak atau belum mengenal sosok caleg DPR-RI, sehingga saat pencoblosan untuk caleg DPR-RI (kertas suara berwarna kuning) kertas suara akan dibiarkan kosong. Jika memang faktanya demikian, "kami menyarankan caleg DPR-RI nggak usah dicoblos. Yang penting jangan lupa nyoblos Jokowi," kata seorang tokoh masyarakat di Dapil Jateng 2 kepada saya.
Beruntung di Dapil Jateng 2 (Kabupaten Demak, Kudus dan Jepara), jauh-jauh hari caleg andalan Partai NasDem Hj Lestari Moerdijat (nomor urut 1) sudah melakukan sosialisasi secara terstruktur, sistematis dan masif.
Berada di dapil yang sama, saya sempat terkejut, sebab sejak masa kampanye dibuka September 2018 lalu, Reri — begitu Lestari Moerdijat disapa — sudah memasang spanduk, baliho dan poster secara masif di tiga kabupaten itu. Tak cuma di kota, spanduk dan baliho Lestari Moerdijat juga terpasang sangat atraktif di pelosok desa dan dukuh.
Poster Reri juga menguasai angkutan kota dan bus mini antarkota di tiga kabupaten itu. Gambarnya terpasang di kaca bagian belakang angkot.
Tidak cuma itu. Lewat timnya yang tergabung dalam Sahabat Lestari hampir setiap hari mengadakan bakti sosial yang diikuti banyak warga masyarakat. Di bidang kesehatan, Sahabat Lestari juga menyiapkan sejumlah armada ambulans dan membuat warga, terutama yang sakit, di tiga kabupaten itu bersukacita.
Saat ada bencana, tim Lestari Moerdijat juga sigap memberikan bantuan, pengobatan gratis atau pengadaan air bersih.
Apa yang dilakukan Hj Lestari tentu sangat membantu caleg NasDem lain, baik DPR-RI maupun DPRD, dalam melakukan sosialisasi di dapil, terutama untuk elektabilitas partai. Di lapangan, begitu saya memperkenalkan diri ke konstituen bahwa saya caleg dari NasDem, mereka langsung menyebut nama Lestari Moerdijat.
Fakta ini tentu sangat membantu para caleg, setidaknya saya, dalam melakukan sosialisasi tentang sosok saya, sehingga masyarakat tidak gagal paham bahwa pada 17 April 2019 akan digelar Pemilu Serentak yang di dalamnya ada pemilihan anggota DPR-RI (kertas suara berwarna kuning), pemilihan anggota DPD (merah), pemilihan anggota DPRD Provinsi (biru), pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota (hijau), dan pemilihan presiden/wakil rresiden (abu-abu).
Dengan begitu mendekati 17 April 2019, masyarakat tidak lagi gagal paham tentang Pemilu Serentak 2019 dan teman-teman saya tidak lagi berasumsi mentang-mentang saya caleg DPR-RI, semua rakyat Indonesia, termasuk teman SMA saya bisa memilih saya.
Perlu saya tegaskan bahwa saya adalah caleg DPR-RI Partai NasDem nomor urut 7 di Dapil Jawa Tengah 2, sehingga hanya mereka yang punya hak pilih yang tinggal di Kabupaten Demak, Kudus dan Jepara saja yang boleh memilih saya.
Bagaimana jika saya terpilih? Apakah saya harus berdomisili di Demak, Kudus atau Jepara?
Tidak kawan! Saya cukup mendirikan rumah aspirasi dan memberikan kesempatan kepada warga di tiga kabupaten itu untuk menyampaikan aspirasi atau unek-unek agar diperjuangkan di DPR.
Jika ada warga yang sakit dan perlu dirujuk ke rumah sakit besar, gampang. Saya tinggal kontak Sahabat Lestari agar dikirim ambulans. Saya yakin Hj Lestari Moerdijat membeli ambulans bukan hanya dalam rangka kampanye, tapi untuk selamanya.
Salam Restorasi.[]
Penulis adalah caleg DPR-RI Partai NasDem Dapil Jawa Tengah 2 (Kabupaten Demak, Kudus dan Jepara)