Surya Minta Ulama Luruskan Isu Murahan terhadap Jokowi

JAKARTA (5 Maret) : Ratusan  ulama dan  pimpinan pondok pesantren di Aceh bersilaturahmi ke Kantor DPP Partai NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (5/3). Silaturahmi dilakukan sesaat sebelum rombongan ulama memenuhi undangan Presiden Joko Widodo ke Istana Negara bersama Surya Paloh. 

Dalam kesempatan itu, sejumlah ulama Aceh mengakui dan menyampaikan bahwa sampai saat ini pasangan Calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin masih diserang sejumlah isu negatif yang akhirnya dianggap sebagai kebenaran oleh masyarakat Aceh. 

"Saya meminta diberikan spirit untuk mengantisipasi di daerah saya, Tamiang, banyak sekali fitnah yang menuju Bapak Jokowi," kata salah satu perwakilan ulama Aceh, Abdul Khalid Nasution.

Menjawab permasalahan tersebut, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, mengakui, masalah utama dan serangan utama yang mampu ditujukan untuk bisa lebih meyakinkan anggota masyarakat untuk tidak memilih Jokowi adalah dengan upaya-upaya yang tidak terhormat. 

"Fitnah, kebohongan. Itu upaya-upaya utama. Kalau upaya-upaya wajar, sebenarnya masyarakat diberikan kesempatan oleh KPU. Kita melihat debat di televisi misalnya. Ada dua kali debat, masyarakat bisa melihat visi, pikiran dan kemampuan Jokowi," kata Surya Paloh.

Di hadapan ratusan ulama Aceh yang hadir, Surya Paloh menegaskan, pada pemilu kali ini, masyarakat Indonesia memang nampak diajak untuk menerima provokasi dan agitasi. 

"Masyarakat kita diajak untuk menerima provokasi dan agitasi. Berulang kali dikatakan dimana saja yang menjadi trending bahwa Jokowi PKI," kata Surya.

Padahal, isu-isu tersebut pun sudah dibantah oleh Jokowi. Namun ternyata memang masih ada saja masyarakat yang mempercayainya dan menganggap isu-isu negatif tersebut merupakan kebenaran. 

"Jokowi sudah membantahnya sudah lebih dari 77 kali menurut saya. Bahkan kalau saya jadi Jokowi, sudah cukuplah 77 kali membantahnya. Jangan sampai 78 kali, tidak bagus. Kenapa demikian? Karena ini sudah tidak perlu lagi dibantah. Logikanya sudah jelas peristiwa PKI itu terjadi pada 1965. Usia Jokowi baru lima tahun. Bagaimana balita PKI, itu tidak masuk akal," tegas Surya.

Menurut Surya, kalau masih ada masyarakat yang percaya isu-isu murahan tersebut, berarti memang sudah ada kelompok masyarakat yang kehilangan akal sehat dan hati nuraninya. 

"Jadi kalau masyarakatnya masih mau menerima itu, ya kita mau bilang apa? Dia sudah tidak lagi datang dengan pendekatan akal sehat dan nurani dirinya," kata Surya.

Kedua, kata Surya, Jokowi sering disebut sebagai tokoh anti Islam, dan partai pendukungnya adalah partai pendukung penista agama. Bahkan, dari fitnah yang dihembuskan, disebutkan bahwa jika Jokowi terpilih kembali maka akan ada larangan azan di rumah ibadah. 

"Dia (Jokowi) disebut anti-Islam. Sampai disebutkan, kalau dia terpilih kembali akan melarang azan. Ini sekarang fitnah demikian. Jadi bagaimana bisa diterima akal sehat kita. Sekarang pun beliau Presiden, kapan melarang azan. Tetapi fitnah ini jalan terus," ungkapnya.

Diingatkan, yang perlu diketahui masyarakat adalah ada kekuatan yang sepakat agar Jokowi tidak terpilih lagi. Kondisi ini datang dari berbagai kekuatan yang mengatasnamakan umat Islam. 

"Mereka menganggap merekalah yang sejatinya umat Islam, yang menguasai seluruh masjid. Kita buktikan, kalau dia (Jokowi) tidak anti Islam," ucapnya. (Uta)

Add Comment