NasDem Persembahkan Kader Terbaik untuk Bangsa dan Negara

JAKARTA (2 April): Partai NasDem telah melaksanakan fungsi partai politik secara idealis yakni mempersembahkan kader terbaik bagi bangsa dan negara. Setelah para kader terbaik diangkat sebagai pejabat publik, mereka diberhentikan dari posisi di partai politik.

Penegasan tersebut dikemukakan Wakil Sekjen DPP Partai NasDem Bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) Hermawi Taslim dalam program Kampanye Dialogis Radio Republik Indonesia (RRI) yang disiarkan pekan lalu. Hadir dalam dialog tersebut, ahli komunikasi politik dari UI, Dr Lely Aryani.

Taslim memberikan contoh bahwa sejak Ibu Siti Nurbaya Bakar, Enggartiasto Lukita, Prasetyo diangkat masuk Kabinet Indonesi Kerja dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla, posisi ketiganya di DPP NasDem diganti oleh kader lain. Mereka sudah diwakafkan kepada bangsa dan negara. 

‘’Itulah komitmen kenegarawanan NasDem. Tugas partai adalah menyiapkan kader terbaik untuk bangsa dan negara. Setelah kadernya menjadi pejabat publik, parpol menyiapkan lagi kadernya. Itulah namanya kaderisasi,’’ kata Taslim yang juga anggota Bapillu NasDem itu.

Dia membenarkan bahwa banyak pertanyaan yang muncul seperti mengapa kader terbaik itu dilepas dari DPP NasDem, karena dengan posisi sebagai pejabat publik mereka bisa melakukan sesuatu yang lebih besar untuk NasDem. Menurut Taslim, NasDem sudah menegaskan komitmen bahwa pejabat publik tidak boleh merangkap jabatan di partai. Mereka dihibahkan penuh untuk bangsa dan negara.

Pada bagian lain Taslim mengatakan, saat ini ada trade mark yang sudah melekat sebagai identitas NasDem yakni partai tanpa mahar. Politik tanpa mahar itu sekarang sudah merebak ke mana-mana karena bukan hanya sebagai slogan, tetapi merupakan fakta.

Politisi NasDem itu menunjuk pernyataan para kepala daerah terpilih di televisi dan media massa yang memberikan testimoni tentang NasDem tanpa mahar. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil misalnya terang-terangan mengatakan hanya NasDem, satu-satunya partai politik yang tidak memungut bayaran satu sen pun.

Menurut Taslim, orang yang mau menjadi calon bupati, calon walikota, calon gubernur, calon presiden, calon anggota legislatif, satu rupiah pun tidak dipungut oleh NasDem. Mereka datang ke DPP NasDem, diberikan SK, meterai ditanggung NasDem, dikasih minum.

Mengapa NasDem tidak memungut bayar untuk semua itu? Taslim menjelaskan, dari hasil pendalaman NasDem, disimpulkan bahwa salah satu yang membuat cost politik tinggi di Republik ini adalah banyaknya kutipan-kutipan terhadap para kandidat.  

‘’Itu salah satu tesis kita. Untuk mengurangi itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Ada yang mengatakan NasDem bodoh, dikasih uang tidak mau. Bukan itu masalahnya. Kita sedang berjuang agar dalam jangka panjang, politik kita ini modern dan bersih termasuk bersih dari segala korupsi,’’ kataTaslim lagi.

Keinginan kuat NasDem agar politik bersih dari korupsi, salah satunya ditunjuk dengan tidak adanya caleg NasDem yang merupakan bekas narapidana korupsi. Taslim berceritera bahwa sebelum pengumuman dafar caleg sementara (DCS) sejumlah petinggi NasDem disebar ke berbagai daerah hingga pelosok untuk memastikan tidak ada caleg NasDem yang mantan koruptor.

Menurut Taslim awalnya memang sulit mencari dokumen putusn pengadilan di lembaga pengadilan karena hampir dokumentasi masih secara manual. Apalagi untuk kasus-kasus sebelum tahun 1980-an. Namun pada akhirnya KPU mengumumkan bahwa NasDem termasuk salah satu dari sedikit partai politik yang tidak mempunyai caleg eks koruptor. Itu merupakan salah satu jawaban dari komitmen NasDem menjadikan Indonesia bersih ke depan.

Tradisi lain yang sedang dibangun NasDem adalah siapapun yang berstatus sebagai tersangka, dikasih dua pilihan: mengundurkan diri atau diberhentikan. Di partai lain, kata Taslim, biasanya menunggu sampai proses hukum berkekuatan hukum tetap. Artinya bisa sampai di Mahkamah Agung. Itu bisa memakan waktu bertahun-tahun, bahkan bisa sampai mati statusnya tetap begitu. 

Mengenai adanya rumors bahwa posisi NasDem mengkhawatirkan dalam Pemilu 2019, Taslim justru mengatakan hal sebaliknya. Taslim menegaskan NasDem sangat optimistik tidak hanya lolos Parliamentary Threshold sebesar 4%, bahkan masuk tiga besar hasil Pileg 2019.

Menurut Taslim pada Pileg 2014, hasil survei menyebutkan posisi NasDem pada 1,4%. Itu posisi dua minggu sebelum berlangsungnya pileg. Namun hasil akhir Pemilu 2014, KPU menyebutkan NasDem mendapat 6,7% dengan menempatkan 36 anggotanya di DPR RI. 

Sedangkan saat sekarang menjelang Pileg 2019, sebanyak 9 dari 10 lembaga survei menyatakan NasDem mendapat 4-5%. Yang disurvei saat ini adalah partai politik, belum termasuk para calegnya. ‘’Jadi kami sangat optimistik mendapat dua digit. Kalau Parliamentary Threshold sih sudah pasti,’’ kata Taslim lagi.

Sedangkan mengenai pencalonan Jokowi-Ma’ruf Amin, Taslim mengatakan posisi itu sudah sangat tegas. NasDem merupakan partai politik pertama yang mencalonkan kembali Jokowi. Sikap NasDem juga ditunjukkan dalams logan :NasDem Partaiku, Jokowi Presidenku.

Bahkan di banyak tempat, kata Taslim lagi, Ketua Umum NasDem Surya Paloh mengatakan, memang penting NasDem menang, tetapi kemenangan NasDem menjadi tidak penting jika presidennya bukan Jokowi. Itu artinya totalitas NasDem mendukung Jokowi.

Ahli komunikasi politik dari UI, Dr Lely Aryani mengatakan NasDem merupakan partai yang luar biasa. Hal itu ditunjukkan dengan saat mulai pengajuan caleg sudah menyeleksi secara ketat para mantan koruptor agar tidak lolos menjadi caleg. Kedua, NasDem menempatkan keterwakilan perempuan lebih dari 30% sebagaimana syarat UU.

‘’Berbeda dengan partai politik lain, NasDem menempatkan juga perempuan di nomor istimewa, nomor satu. Sedangkan parpol lain perempuan sebagai simbol saja dan tidak berada di nomor favorit,’’ kata Lely.

Dia juga mengapresiasi kaderisasi di NasDem termasuk adanya Akademi Bela Negara (ABN) NasDem. Artinya NasDem benar-benar menyiapkan kadernya masuk ke gelanggang politik dengan bekal yang memadai.

Namun Lely mewanti-wanti agar tidak terjadi adanya kasus lompat partai di NasDem. Artinya kader-kader pendatang baru menguasai partai sehingga kader yang berdarah-darah membangun partai dari bawah akhirnya tersingkir. Itulah awalnya kecemburuan yang kemudian menimbulan perpecahan dalam partai.

‘’Kita harap tidak terjadi di NasDem karena di NasDem ada ikatan nasionalisme dan tradisional yang dibangun dengan menokohkan ketua  umum partainya. NasDem mirip PDIP dan Demokrat. Ada figur tokoh yang menjadi idola. Partai yang tidak punya tokoh idola akan gampang pecah,’’ kata Lely Aryani lagi.* ()

Add Comment