Nafa Urbach Banyak Ambil Hikmah dari Pencalegan

JAKARTA (25 April): Caleg NasDem dari dapil Jawa Tengah VI, Nafa Urbach, mengaku tidak lagi terpikirkan untuk terpilih atau tidak menjadi anggota legislatif. Sebab perempuan berusia 38 tahun ini mengaku tetap konsisten di dunia seni, terutama di seni peran. Saat ini, ibu dari Mikhaela Lee Jowono masih menunggu hasil perolehan suara karena masih terkumpul sekitar 30%.

Nafa mengaku, keartisan tidak bisa dilepas begitu saja jika nantinya dia terpilih duduk di bangku legislatif.

"Dunia artis sudah pasti, tapi saya mungkin tidak striping. Saya akan tetap main film. Kemarin saya habis kelar syuting satu film. Habis Lebaran saya syuting lagi satu film," jelas aktris kelahiran Magelang, Jateng itu, seperti dikutip dari mediaindonesia. 

Meski pesta demokrasi pada 17 April 2019 telah usai, Nafa mengaku, ada kenangan mendalam yang sangat menyentuhnya selama ia berkampanye di dapilnya.

Ia turun gunung melihat situasi di lapangan. Banyak kejadian unik yang ditemukan, misalnya, ketika bertemu para warga sepuh.

"Mbah-mbah enggak bisa nyebut nama saya, jadi Napla Ubla. Mbak Napla Ubla datang. Kalau di daerah ada publik figur yang mencalonkan diri buat mereka kayak ada malaikat datang karena ada beberapa kampung yang tidak pernah tersentuh," tambah Nafa.

Menurutnya, ada cerita menarik dari sebuah desa di Wonosobo yang banyak orangtua mereka merantau ke luar negeri menjadi TKI. Mereka meninggalkan anak-anak sejak kecil. Namun, ketika orangtua mereka pulang, banyak masalah terjadi, bahkan perceraian.

"Pulang-pulang jadi kebule-bulean, menjadi seperti orang Arab, lupa bahasa Jawa. Pulang-pulang suaminya ditalak, bayar pengacara ditalak tiga langsung. Anaknya enggak diurusin," sambungnya.

Untuk itulah, Nafa mengaku, banyak berbicara soal parenting saat berada di sekolah-sekolah. Dia mengaku, banyak anak-anak SD yang memeluknya.

"Memanggil aku dengan sebutan ibu," ujar pelantun lagu Bagai Lilin Kecil itu.

Selain banyak menjumpai masalah sosial, Nafa mengaku interaksi dengan masyarakat di desa-desa ikut mengubah gaya hidupnya.

"Kalau nongkrong di Jakarta kan ke pub, bar, anak-anak muda. Kalau di pelosok desa, kita lesehan sambil minum kopi hitam yang ampasnya tebal bukan main dan tembakau lintingan."

Lebih lanjut, Nafa menceritakan bagaimana warga di pelosok tidak mengenal bahasa politik. Beruntung aktris kelahiran Magelang itu mampu berbahasa Jawa Inggil sehingga dapat berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat.

"Mereka lebih mengerti bahasa-bahasa Jawa yang sederhana, mudah dipahami. Mereka lebih butuh didengarkan, dikasihi, disayangi, diperhatikan," kata Nafa Urbach

Nafa menjelaskan, banyak warga daerah masih buta politik. Oleh sebab itu, dia menggunakan cara sederhana melalui penuturan bahasa Jawa yang mudah dimengerti seluruh masyarakat, terkhusus warga sepuh. Hal itu untuk menghindarkan masyarakat kehilangan hak memilih.

Selama turun ke pelosok-pelosok desa, Nafa juga ikut memantau hasil bumi dan prospek yang bagus di beberapa daerah di Jawa Tengah, misalnya, tembakau dan kopi.

"Tembakau di Temanggung salah satu yang terbaik di dunia. Kopi juga bagus. Saya jadi mengerti hasil buminya apa. Kekurangannya dan kelebihannya, apa yang mesti dikembangkan, didorong lagi sama pemerintahan supaya lebih dimajukan," pungkasnya.(MI/*)

Add Comment