Ahmad Ali Dorong Pemerintah Bersinergi Pasca-Bencana
PALU (25 Juni): Ketua Fraksi NasDem DPR RI Ahmad HI M Ali menyatakan hunian tetap (huntap) untuk para korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Moutong, Sulawesi Tengah harus mendapat prioritas dalam agenda rehabilitasi dan rekonstruksi pemulihan pascabencana.
“Mereka (warga terdampak) harus diprioritaskan untuk secepatnya difasilitasi hunian tetap dan agenda ekonomi untuk memulihkan mata pencaharian, sesuai dengan master plan rencana induk yang telah ditetapkan," kata Ahmad M Ali, di Jakarta, Senin (24/6).
Bendahara Umum DPP NasDem itu meminta semua stakeholder pemangku kebijakan dalam agenda rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Sulawesi Tengah dapat bersinergi dalam pemenuhan hak-hak warga korban terdampak bencana yang kehilangan rumah.
“Agenda pemulihan kehidupan sosial korban terdampak yang kehilangan hunian harus menjadi skala prioritas, infrastruktur dan rekonstruksi lainnya yang bersifat fisik nanti bisa sambil beriringan,” ujarnya.
Menurut dia, bencana gempa bumi, tsunami, liquifaksi dan tanah longsor yang menyapu lembah Palu Sulteng, 28 September 2018 lalu itu sudah berjalan 10 bulan sejak kejadian dan masih banyak sekali warga yang mengungsi bahkan kehilangan mata pencaharian.
“Artinya masyarakat, korban, sudah mengungsi kurang dua bulan lagi satu tahun, harus ada kemajuan yang berarti, paling tidak pemenuhan hak-hak korban segera dipenuhi,” tukasnya.
Ahmad Ali melihat tingkat disparitas kehidupan yang cukup mencolok terutama pada wilayah perkotaan dengan desa yang menjadi zona terdampak bencana.
“Disparitas kehidupan agak ekstrim karena kehidupan sosial bergerak cepat ke arah konsumsi normal di tengah produksi dan pekerjaan yang belum pulih," tandasnya.
Pernyataan Ahmad Ali diperkuat laporan Bank Indonesia yang menyebutkan, bahwa kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah sedikit memburuk.
Dalam laman antaranews.com disebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah pada Februari 2019 mencapai 3,54%, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 3,19%.
Salah satu penyebabnya adalah dampak bencana yang menyebabkan tenaga kerja kehilangan mata pencaharian terutama pada sektor pertanian dan perdagangan.(*)