Menjawab Kesuksesan Partai NasDem
Oleh: Charles Meikyansah *
KENAIKAN suara Partai NasDem pada Pemilu 2019 patut disyukuri. Kenaikan 24,1% secara nasional merupakan capaian yang luar biasa bagi Partai NasDem. Sejak berdiri, NasDem selalu menunjukkan capaian yang positif.
Capaian positif yang diraih NasDem menjadi semacam anti-thesis dari kondisi de-parpolisasi yang terjadi dalam semesta politik Indonesia. NasDem mampu surplus dukungan publik, ditengah partai politik di Indonesia mengalami defisit kepercayaan. NasDem merupakan partai yang mendapatkan kenaikan suara paling signifikan meski secara teoritik NasDem tidak memiliki efek ekor jas (coattail effect).
Situasi deparpolisasi adalah fakta, tapi mengutuknya tanpa ada jalan keluar sama dengan melemahkan demokrasi karena partai politik adalah satu-satunya institusi agregasi kepentingan yang konstitusional dalam kerangka ketatanegaraan. Partai politik adalah pondasi utama demokrasi Indonesia.
Mengapa NasDem bisa keluar dari ancaman deparpolisasi? Rahasia apa yang membuat NasDem sukses? Argumentasi yang tersedia sejauh ini hanyalah agumentasi normatif yaitu karena NasDem memiliki banyak kader kepala daerah dan artis. Memang ada peran kuat, tapi kasuistik.
Lalu mengapa partai-partai yang juga memiliki kader kepala daerah dan artis, tidak mendapatkan berkah. Begitu juga dengan kader artis, kapitalisasi elektoral sejauh ini bersifat acak (randomness) tidak ajeg. Ada artis yang memberikan efek elektoral, ada yang tidak. Hampir semua partai politik di Indonesia memiliki kader kepala daerah dan artis, dibeberapa partai tidak memberikan efek elektoral.
Sejauh pengamatan, kekuatan utama NasDem ada pada beberapa hal yaitu konsolidasi partai dari tingkat pusat sampai pada level paling bawah. Peran sentral Ketua Umum NasDem Surya Paloh sebagai “center of the gravity” bagi seluruh kader.
Surya Paloh menjadi konduktor orkestrasi NasDem dalam memainkan irama politik Indonesia. Sebagai konduktor, Surya Paloh mampu memainkan irama yang membentuk harmoni Partai NasDem . Hasilnya, soliditas partai dari level DPP sampai PAC.
Selain ketua umum, juga seluruh kader saling bahu membahu dan berkompetisi menjadi ambasador NasDem terbaik. Pada pemilu kemarin, seluruh caleg Partai NasDem memiliki akun sosial media resmi sebagai media kampanye dan sosialisasi. Kampanye daratan maupun langitan secara padu dilakukan simultan.
Di luar kekuatan kader, NasDem merupakan partai politik yang menasbihkan dirinya sebagai partai modern di mana seluruh kebijakan terutama merekomendasikan para calon kepala daerah maupun anggota legislatif, NasDem selalu meminta dan merujuk hasil survei. Pendekatan akademik yang terukur membuat prosentase kemenangan kepala daerah yang diusung NasDem maupun calon legislatif mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah NasDem merupakan salah satu partai yang memiliki trademark partai tanpa mahar. Rebranding partai politik yang sejauh ini sukses merebut hati tidak hanya kader tetapi juga masyarakat. Trademark politik tanpa mahar menjadi diferensiasi partai di tengah pasar bebas demokrasi Indonesia. Diferensiasi yang kuat membuat NasDem memiliki positioning yang kuat di tengah platform ideologi partai-partai yang relatif sama.
Situasi itu sebenarnya tidak menguntungkan bagi penguatan demokrasi karena diskursus ide dan gagasan relatif tidak menjadi arus utama dalam semesta politik di Indonesia. Dengan Sekolah Legislatif, NasDem menempuh jalur menghidupkan kembali diskursus politik gagasan visi gerakan perubahan restorasi Indonesia melalui para legislatornya. Sehingga ketika bertugas menjadi legislator, kebijakan-kebijakan visi restorasi Indonesia dapat diakselerasi.
Sekolah Legislatif Partai NasDem sebenarnya tidak hanya sebagai medium untuk mempersiapkan para legislator untuk bekerja sesuai ideologi partai tetapi juga menjadi medium konsolidasi partai karena diikuti calon anggota DPR RI terpilih, pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), fungsionaris DPP, sayap partai, untuk menjaga momentum capaian positif di Pemilu 2019.
Tidak mudah memang, karena tantangan ke depan akan sangat terjal. Lanskap politik mulai berubah. Penetrasi internet (terutama media sosial) yang semakin meluas membuat partai harus juga beradaptasi tidak hanya bagaimana ide dan gagasan politik restorasi itu argumentasikan tetapi juga bagaimana dan medium platform apa yang paling efektif dalam menyampaikan ide dan gagasan politik restorasi.
Seperti yang dikatakan Presiden Joko widodo pada pembukaan Sekolah Legislatif NasDem di Akademi Bela Negara Partai NasDem yang menyatakan bahwa dunia sekarang sedang berubah, dunia sedang menghadapi vurnability, uncertainty, complexity, ambiguity (VUCA) butuh cara-cara out of the box dalam meresponnya.
Begitu juga dengan NasDem . Adaptasi terhadap perubahan lanskap politik nasional adalah keharusan. Transformasi menjadi partai yang modern sesuai dengan revolusi 4.0 tidak bisa ditawar. Kalau tidak jangan harap ada lompatan besar.*
Charles Meikyansah ; Calon Anggota DPR Terpilih Partai NasDem 2019-2024