Ahmad Ali Minta Pemerintah Bailout Kredit Usahawan Pasigala
PALU (6 Agustus): Dalam merespon pemindahan Ibu Kota NKRI Jakarta ke Kalimantan, anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi NasDem, Ahmad M Ali mendesak pemerintah segera memulihkan kegiatan usahawan di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) Sulawesi Tengah (Sulteng) agar roda ekonomi kembali tumbuh dan bergerak.
"Kita tidak bisa memulihkan kegiatan usaha di Pasigala dengan kacamata "wait and see", atau berdasarkan tahapan, sebab nomenklatur sudah jelas, rehab rekon kembali ke logika belanja modal dan belanja pegawai," ujar Ahmad Ali di Palu, Sulteng, Selasa (6/8).
Menurut Ahmad Ali, stakeholder yang diharapkan mempercepat pemulihan ekonomi hanyalah para usahawan yang bisa dengan cepat mendorong gerak roda produktivitas. Sementara para usahawan di Pasigala saat ini terhambat oleh masalah kredit.
Apalagi, tambah dia, metode relaksasi atau penundaan pembayaran kredit adalah kebijakan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang bersifat solusi sementara bagi debitur sambil evaluasi usulan kebijakan pemutihan utang.
Menurut Bendahara Partai NasDem itu, setelah relaksasi pada akhirnya para usahawan akan menghadapi tanggungan kredit yang sama setelah kebijakan penundaan atau relaksasi berakhir. Karena kepastian penghapusan kredit debitur belum terjadwalkan.
"Usahawan tidak bisa menunggu seperti logika tahapan tetapi mereka butuh modal untuk menggerakkan usaha dan membangun kembali perekonomian," bebernya.
Ahmad Ali berharap pemerintah segera melakukan bailout kredit usahawan atau memberikan garansi kredit baru bagi usahawan. Sebab, pemulihan usaha di Pasigala sangat menentukan posisi strategis Sulteng dalam perspektif pemindahan ibu kota negara.
Ahmad melihat lambannya proses pemulihan ekonomi di Pasigala karena kurangnya akses dan ruang partisipasi sektor swasta yang berisi para usahawan.
"Sampai hari ini masalah masih berputar-putar di tempat, masalah Huntara, data dan sebagainya. Tidak bisa logika begini dipertahankan. Harus ada aspek lain yang diakselerasi. Itu tentu saja kita butuhkan peran serta sektor swasta," katanya.
Namun, katanya, bagaimana sektor swasta bisa berkembang kalau Huntara belum dibayar, kredit yang belum jelas, dan akses permodalan yang juga terbatas.(NasDem Sulteng/*)