Politik Gagasan NasDem Membawa Pesan Perubahan
Getting your Trinity Audio player ready...
|
JAKARTA (4 Oktober): Terhambatnya perkembangan politik di Indonesia karena mayoritas politisi hanya mengejar kemenangan untuk kekuasaan.
"Di sinilah politik gagasan itu bukan sekadar instalasi kemewahan, bukan hanya gimik," ujar Willy Aditya saat menjadi pemateri Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Politik Gagasan di Era Post Ideologi' yang dilangsungkan di Menteng, Jakarta, Kamis (3/10).
Lebih jauh ia menuturkan, NasDem membawa pesan perubahan dalam politik. Artinya, politik bukan hanya berbicara kemenangan, namun merealisasikan tujuan utamanya. Yakni memberikan keadilan dan kebahagiaan bagi masyarakat.
Willy menilai para pendiri bangsa sudah banyak melakukan politik berlandaskan gagasan. Dia mencontohkan Presiden pertama Soekarno dan Tan Malaka.
"Bukan karena Tan Malaka orang Minang atau Soekarno orang Jawa, tapi gagasan mereka seperti apa supaya Indonesia merdeka," ujar Willy yang baru dilantik menjadi anggota DPR RI dari Partai NasDem.
Dosen ilmu politik dari Universitas Paramadina, Djayadi Hanan, menilai NasDem bisa menempuh politik gagasan ini. Namun, ada beberapa tantangan yang harus dilewati. Misalnya, menghadirkan partai di tengah masyarakat.
"Bukan soal ada atau tidak ada gagasan, tapi membangun jembatan kepercayaan antara partai dan masyarakat, saya setuju itu harus dimulai dari partainya," kata Djayadi.
Menurut Hanan, politik gagasan harus ditanamkan lebih komprehensif. Misalnya, NasDem harus memulai analisis praktikal tentang gagasan selama tiga tahun ke depan. Di tahun keempat dan kelima, NasDem bisa melihat gagasan yang diterima masyarakat.
Hal tersebut, tambahnya, memunculkan pertanyaan lebih awal tentang model gagasan yang bakal diterima masyarakat. Artinya, sedari sekarang NasDem perlu menginventarisasi gagasan-gagasan yang dibutuhkan konstituen.
Kedua, bagaimana mengemas gagasan itu dalam rumusan yang lebih konkret. Misalnya melalui kebijakan publik. Djayadi mencontohkan dari segi pendidikan, mengenai presentase buta huruf yang kecil, namun tingkat pendidikan masih rendah.
"Artinya reformasi model pendidikan apa yang mau digagas Partai NasDem. Jadi kebijakan publik macam apa yang mau diadvokasi NasDem," kata dia.
Pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya menilai politik gagasan NasDem layak mendapat apresiasi karena dapat memangkas biaya politik yang tidak murah.
"Melalui politik gagasan yang tak diterjemahkan secara intelektual, tapi diterjemahkan melalui rencana aksi," katanya.
Yunarto juga menambahkan, NasDem punya modal kuat mengimplementasikan hal itu sebab dalam Pilkada 2017, NasDem punya banyak perwakilan yang menjadi kepala daerah.
"Perwakilan NasDem di daerah akan menjadi ujung tombak politik gagasan. Sudah banyak contoh yang berhasil. Pertanyaannya, apakah bisa NasDem secara top down memaksa politik gagasan yang diyakini NasDem itu ke para kepala daerah?" tanya Yunarto.
Diskusi dengan tema 'Politik Gagasan di Era Post Ideologi' ini digelar oleh NasDem sebagai rangkaian menuju Kongres II Partai NasDem.
Hasil diskusi tersebut yang nantinya akan dibawa menjadi pembahasan, gagasan politik Partai NasDem.(MI/*)