Industri Pertahanan Perlu Memulai Paradigma Baru

JAKARTA (15 November): Anggota Komisi I DPR RI Willy Aditya berharap industri pertahanan nasional memulai paradigma baru, dengan menggunakan riset dan pengembangan (R&D) serta kerja sama integratif ke berbagai sektor.

“Paradigmanya harus holistik dan integratif, tidak bisa parsial lagi. Jika tidak, kita akan terus tertinggal, hanya menjadi pembeli, paling jauh menjadi pembuat, tanpa skema industri yang memadai. Karena itu, keseriusan pada riset dan development saya kira bisa menjadi awalannya,” kata anggota DPR RI Fraksi NasDem Willy Aditya, di sela-sela kunjungan kerja Komisi I DPR RI ke PT LEN, PT Hariff Tunggal Engineering, dan PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/11).

Menurut Willy, pengembangan industri pertahanan bisa dimulai dari membangun kemampuan SDM, penguasaan teknologi hingga memproduksi senjata, kendaraan dan alat pendukung lainnya. Langkah itu bisa menjadi nilai tawar kepada negara lain nantinya.

Kekuatan pertahanan negara-negara di dunia saat ini, katanya,  tidak sekadar didukung man power (personel militer) aktif yang besar secara kuantitas, tetapi lebih dari itu pada ketersediaan dan kemampuan kita akan teknologi yang canggih.  

“Salah satu mekanisme penguasaan teknologi pertahanan ini tentunya adalah melalui riset yang komprehensif,” jelas anggota Dewan dari daerah pemilihan Jawa Timur XI meliputi Kabupaten Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, dan Sampang itu.

Riset yang komprehensif, sambungnya, adalah riset yang dilakukan dalam rangka mengembangkan industri pertahanan yang integratif. Artinya, industri pertahanan nasional tidak hanya bertumpu pada sektor manufaktur, dalam hal ini Pindad. Industri pertahanan harus terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya, seperti industri penerbangan, telekomunikasi, industri kapal, hingga industri pengembangan teknologi nuklir.

“Dengan skema yang demikian, industri pertahanan kita menjadi integratif. Integratif baik dalam skema industrinya, terlebih lagi dalam tujuan nasionalnya. Jadi sektor telekomunikasi, penerbangan, laut, dan sektor-sektor terkait lainnya, disatukan oleh kepentingan nasional. Jika ini terjadi, saya kira kita bisa nomor satu di ASEAN, bahkan menjadi negara adidaya ketiga,” tegas Willy.

Oleh karena itu Politisi Partai NasDem tersebut mengajak kepada stakeholder lainnya, untuk membangun kesadaran kolektif dalam mewujudkan kemajuan tersebut.

“Saya berharap kesadaran ini tidak hanya ada dalam kepala saya, melainkan juga teman-teman yang lain, sehingga dalam upaya merealisasikannya tidak terlalu sulit. Saya berharap ini bukan hanya mimpi saya seorang,” tutupnya.(BA/*)

Add Comment