Arkanata Sarankan Penelitian di Indonesia Gunakan Machine Learning
YOGYAKARTA (25 november): Anggota Komisi VII DPR-RI Arkanata Akram menyarankan, untuk meningkatkan indeks penelitian di Indonesia bisa diarahkan ke penelitian 4.0 dengan menggunakan simulasi komputer.
Arkanata berpendapat indeks penelitian di Indonesia masih minim. Para peneliti Indonesia tertinggal jauh dari para peneliti di negara-negara lain. Ini berdasarkan H-Indeks sebagai indikator hasil penelitian.
"Bicara soal daya saing, penelitian antara LIPI sebagai lembaga penelitian dari Indonesia dan lembaga penelitian lain dari negara luar, maka kita memang kurang. Itu ditandai dengan H-Indeks yang tertinggi hanya 10. Padahal, minimal 18 untuk mendapat title professorship di kancah internasional,” katanya seusai mengikuti kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR ke Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA), LIPI, Gunung Kidul, Yogyakarta, Jumat (22/11).
Untuk meningkatkan daya saing penelitian, politisi Partai NasDem itu berharap penelitian diarahkan ke 4.0 yang menggunakan simulasi komputer. Maksudnya, semua laboratorium basah atau yang menggunakan eksperimen dipindahkan ke dalam bentuk simulasi komputer (machine learning).
Lab basah sendiri dalam dunia penelitian biasanya digunakan untuk menangani berbagai bahan kimia dan punya potensi bahaya basah. Untuk itu, lab perlu dirancang secara khusus.
Arkanata yang juga jebolan S2 teknik kimia, Queensland University (UQ), Brisbane-Australia melihat, saat ini di Indonesia masih jarang menggunakan simulasi komputer untuk penelitian bidang ilmu pengetahuan alam, padahal penelitian dengan berbasis machine learning cukup murah.
"Kebanyakan kita masih menggunakan lab eksperimen yang basah. Jarang sekali di Indonesia ini menggunakan machine learning untuk bidang ilmu pengetahuan alam. Machine learning banyak dikembangkan di Indonesia dalam penelitian sosial, politik, dan ekonomi. Tapi untuk penelitian bidang ilmu pengetahuan alam kita masih ketinggalan,” jelasnya. (*)