Pemerintah Diminta Bangun Jembatan Ambawang
KUBU RAYA (30 Desember): Anggota DPR RI Syarif Abdullah Alkadrie menghadiri peringatan Haul ke- 32 Almarhum KH Yahya Sabrowi, pendiri Pondok Pesantren Raudhatul Ulum 1 Ganjaran Gondanglegi Malang.
Acara berlangsung di lapangan Pondok Pesantren Yayasan Raudlatul Ulum Al-Khaliliyah Desa Pasak Piang Kecamatan Sui Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimatan Barat, Minggu (29/12).
Sederet ulama penting dari Jawa juga hadir di acara tersebut. Di antaranya KH Muhlis Yahya, pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Ulum 1 Ganjaran Gondanglegi Malang, KH Abdussyakur, dan Rektor IAI Al Qolam Dr KH Muhammad Adib.
Walau menyeberangi sungai menumpang speedboat dari Pontianak ke tempat tujuan dalam cuaca panas, tidak menjadi hambatan bagi Legislator NasDem itu untuk menghadiri acara tersebut.
Selama kunjungan kerja perseorangan dalam reses Masa Sidang I, Syarif yang juga Wakil Ketua Komisi V DPR itu tidak berhenti menyerap aspirasi masyarakat di daerah pemilihannnya Kalimantan Barat I.
Syarif disambut antusias dengan lantunan Syalawat, dan diwarnai suasana hangat.
Pada kesempatan tersebut Syarif mengaku senang karena bisa hadir bersama-sama dalam melaksanakan haul Kiai Sabrowi. Dia juga menjelaskan tentang rencana pembangunan Jembatan Ambawang yang masih belum selesai.
Dia menceriterakan awal keinginannya membangun Jembatan Ambawang. Orang ingin belajar ke kiai, namun perjalanannya harus lewat sungai. Itulah awal mula politisi NasDem itu mulai memikirkan perlunya membangun Jembatan Ambawang, dan saat ini sudah hampir terwujud.
Syarif mengharapkan doa dan dukungan dari masyarakat supaya itu bisa terwujud sehingga bisa diakses kendaraan bermotor.
“Saya merasa lega bisa bertemu dengan masyarakat Ambawang. Walau jembatan itu belum jadi, sekarang sudah ada wujudnya. Semoga tahun depan bisa selesai. Pembangunan itu akan membawa dampak positif untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat di sini,” katanya.
Syarif juga berharap percepatan pembangunan landasan pacu (runway) Bandara Supadio Pontianak hingga 3000 meter sehingga bisa untuk embarkasi haji.
“Kalau sudah embarkasi sendiri tidak lagi lewat Batam. Karena keterbatasan anggaran, sekarang yang terealisasi panjang landasan pacu baru 2600 meter. Kalau nanti sudah 3000 Insya Allah bisa didarati pesawat badan lebar,” jelasnya.
Selain itu Syarif juga menyampaikan tentang Jembatan Tol Tiga, yang tetap diperjuangkannya. Dia ingin, Tol Tiga menjadi underground di bawah laut dan menjadi satu-satunya di Indonesia.
Legislator asal Kalimantan Barat itu menceriterakan hasil perjuangannya selama lima tahun menjadi anggota Dewan, dan program serta rencananya lima tahun ke depan.
Menurut dia, atas segala capaian itu sudah sepantasnya masyarakat Indonesia bersyukur terhadap nikmat yang telah Tuhan berikan.(*)