Melawi Berpotensi Jadi Penghasil Bawang Merah
MELAWI (31 Desember): Daerah Batu Nanta, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat (Kalbar) memiliki potensi dalam produksi bawang merah dan cabe rawit. Jika dikembangkan, mungkin akan menyamai daerah Brebes di Jawa Tengah yang telah lama terkenal dalam memproduksi bawang merah.
Anggota DPR RI dari Fraksi NasDem asal Kalimantan Barat, Yessy Melania saat mengunjungi Kelompok Tani Batu Nanta di Melawi mengapresiasi kelompok tani tersebut yang dapat mengolah lahan gambut tanpa harus membakar untuk menanam cabe dan bawang merah.
"Hal ini harus dipertahankan dan perlu dikembangkan kepada kelompok tani yang lain," ujar politisi NasDem itu.
Kehadiran Yessy disambut baik kelompok tani kemudian menjadi ajang gendu-gendu rasa, mengenai permasalahan yang masih dihadapi para petani.
Ketua KTNA setempat, Taswadi menyampaikan beberapa kendala yang biasa dihadapi di lapangan. Salah satunya sering terlambatnya bantuan benih maupun bibit.
"Misalkan musim tanam bawang merah yang baik adalah di bulan April sampai Oktober, tetapi bibitnya datang di bulan November. Itu sudah lewat masa tanam," ungkapnya.
Kalaupun mau digunakan untuk tahun berikutnya, Taswadi mengatakan kualitas benih tersebut sudah tidak baik.
Hal lain yang dikeluhkan petani adalah kurangnya perhatian pemerintah, terutama dalam bantuan tenaga penyuluh pertanian. Para petani di Melawi sebagian besar bercocok tanam secara tradisional mengandalkan ilmu turun temurun.
"Di sini masih belum merasakan pendampingan, pelatihan dan penyuluhan yang maksimal," tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Yessy mengatakan tenaga penyuluh memang menjadi masalah utama di sektor pertanian hampir di seluruh daerah Kalimantan Barat.
Satu orang penyuluh saat ini masih membawahi 4-5 desa. Bahkan ada yang satu kecamatan hanya tiga orang penyuluh.
Bawang merah yang dihasilkan petani Batu Nanta terkadang belum maksimal dan berwana pucat. Ketika dijual ke pasar ditolak karena kualitasnya dinilai belum baik.
"Cabe rawit juga sama. Ketika sudah panen ke empat kali misalnya, daun dan buahnya mulai keriting dan busuk. Sehingga tidak bisa dipasarkan," ujar anggota Komisi IV DPR itu.
Ia meyakinkan para petani akan membawa aspirasi petani tersebut untuk disuarakan di parlemen.
"Kita punya banyak potensi produk pertanian, tetapi jika tidak ditunjang fasilitas dan tenaga penyuluh yang memadai, maka petani kita bisa menjadi patah semangat karena merasa kurang mendapat perhatian dan bimbingan secara kontinyu dari PPL," tegasnya.
Di Batu Nanta Melawi juga ada padi lokal unggulan yang disebut padi Tuah. Yessy mengapresiasi juga karena saat ini sedang diproses sertifikasi untuk bisa dijadikan padi unggulan dari Melawi.*