Eks ISIS bukan Lagi WNI
JAKARTA (4 Februari): Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai NasDem, Willy Aditya meminta agar wacana pemulangan eks kombatan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) kembali ke Indonesia perlu dikaji ulang. Ada faktor keamanan yang lebih penting dari faktor kemanusiaan.
“Dalih kemanusiaan untuk memulangkan eks ISIS harus benar-benar diimbangi dengan kepentingan pertahanan dan perlindungan warga negara yang lebih luas. Enggak bisa kita korbankan lebih banyak warga Indonesia demi mendapat label kemanusiaan dari 600 eks-ISIS,” ujar Willy, saat dikonfirmasi, di Jakarta, Senin (3/2).
Legislator NasDem itu mengimbau pemerintah agar mempertimbangkan dengan matang, terlebih mereka yang tergabung dengan kelompok yang dicap sebagai jaringan teroris global. Jangan sampai Indonesia justru dianggap sebagai negara penampung teroris.
Willy menegaskan 600 orang eks ISIS itu mendeklarasikan diri bukan lagi Warga Negara Indonesia (WNI), dengan membakar paspor Indonesia. Tidak ada lagi kewajiban dan tanggung jawab pemerintah memulangkan mereka.
"Kita tidak menganut dwi kewarganegaraan. Jadi kalau mantan ISIS itu sudah membakar paspor Indonesianya, mereka adalah para pencari suaka. Perlakukan mereka selayaknya pencari suaka,” tegasnya.
Menurut anggota Fraksi NasDem DPR RI itu, pemerintah perlu menyeleksi siapa yang layak diberikan suaka, dipulangkan karena masih berpaspor Indonesia, dan siapa yang harus ditolak masuk ke Indonesia. Mereka pun, tidak serta merta bisa langsung berbaur dengan masyarakat serta wajib mengikuti program deradikalisasi.
“Kita cukup paham bahwa program deradikalisasi belum cukup memperlihatkan hasilnya. Teror ala ISIS adalah violent extremism, maka paham itulah yang harus dikeluarkan dari pikiran para mantan ISIS,” ujarnya.
Willy menambahkan, eks ISIS itu tak ubahnya seperti virus corona yang bisa menyebarkan paham mereka ke masyarakat. Perlu kehati-hatian khusus dan persiapan yang matang.
"Karena itu upaya untuk mengikis dan menghilangkan paham atau dukungan terhadap violent extremism dari mereka yang datang ke Indonesia benar-benar harus holistik. Jangan kita membahayakan 230 Juta orang Indonesia demi 600 orang yang tega menanggalkan ke-Indonesiaannya,” pungkasnya.(Medcom/BA/*)