Mentan Lepas Ekspor 7 Ton Larva Kering ke Inggris
BOGOR (5 Maret): Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melepas eksport perdana komoditas larva kering jenis Black Soldier Flies (BSF) ke Inggris sebanyak tujuh ton.
Kegiatan itu sebagai bagian upaya Kementerian Pertanian (Kementan) menggenjot PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan ekspor berbagai komoditas pertanian.
Bagi Yasin Limpo, bisa mengekspor ke Inggris merupakan sebuah kebanggaan negara. Sebab, tidak mudah menembus negeri Ratu Elizabeth itu.
"Bogor hari ini mencetak sebuah arah seperti itu. Biasanya kita bisa tembus Inggris setelah melalui Italia, Jerman, atau Roma. Kita sudah tembus langsung, berarti itu pintu yang bagus untuk pertanian Indonesia ke depan" kata Syahrul dalam sambutan di lokasi pelepasan eksport di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Bubulak, Kota Bogor Barat, Provinsi Jawa Barat, Selasa (3/2).
Indonesia, kata dia, memerlukan pelaku usaha yang terus melakukan inovasi untuk menumbuhkan produk ekspor baru atau emerging seperti larva kering tersebut. Tidak hanya itu, negara tujuan baru pun perlu terus diperluas.
Untuk itu sangat penting untuk berkoordinasi dan bersinergi memperkuat jejaring antara pemerintah pusat, daerah, dan seluruh pemangku kepentingan dalam mendorong potensi ekspor pertanian dalam memasuki pasar global.
"Hari ini Bogor membuktikan ada komoditas yang bisa diekspor dan itu tidak ada di negara lain. Larva kering ini menjadi contoh bahwa sebenarnya kemampuan produk negeri ini menembus kebutuhan dunia sangat terbuka luas," kata Limpo yang juga Wakil Ketua Dewan Pakar Partai NasDem itu.
Selain itu, produk pertanian yang diekspor sedapat mungkin sudah dalam bentuk olahan agar dapat memberikan nilai tambah. Dia meminta para pelaku usaha memanfaatkan fasilitasi KUR yang tersedia selain untuk meningkatkan pengolahan, sehingga dapat diekspor dalam bentuk jadi, atau minimal setengah jadi.
"Mari kita rencanakan supaya pengembangannya lebih cepat," ujarnya.
Ekspor larva itu menjadi bukti nyata untuk membangkitkan minat generasi muda terjun ke sektor pertanian. Dia menilai, ekspor itu mampu menghadirkan kemampuan anak bangsa guna mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.
"Mengapa demikian? Karena ekspor larva kering ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki negara lain. Oleh karena itu pasti Bogor akan semakin memiliki kemampuan untuk menghadirkan masyarakat yang makin baik. Oleh karena itu menjadi peluang bagi anak-anak muda, karena pertanian sebagai solusi lapangan pekerjaan," ujar Syahrul.
Syahrul mencontohkan bungkil sawit dapat dijadikan pakan ternak. Kemudian larvanya menjadi makanan yang nilainya sangat mahal di luar negeri. Di sisi lain komoditas larva sangat dibutuhkan oleh seluruh dunia.
"Kalau begitu tinggal anak-anak mau berada dalam posisi apa, mau menjadi off taker dari pembeli saja atau mau menjadi pembudidaya. Kemudian bisa juga menjadi trading. Tinggal mereka (anak muda) memilih konsep-konsep yang sudah tersedia," tuturnya.
Sebelumnya larva yang merupakan komoditas pertanian ini sudah diekspor ke negara tujuan seperti Jepang maupun Uni Eropa (Belanda) oleh perusahaan yang sama dengan jumlah 59.113 ton dan total nilai penjualan Rp3,31 miliar dalam periode 2018-2019.
Pengiriman ekspor dilaksanakan melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan disertai penjaminan kesehatan dan keamanannya dengan Sertifikat Kesehatan oleh Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, di mana sebelumnya tempat produksi telah ditetapkan sebagai Tempat Tindakan Karantina oleh Menteri Pertanian, serta disertifikasi dengan Nomor Kontrol Veteriner (NKV).(Medcom/*)