Perlu Antisipasi Menyeluruh Hadapi Corona

JAKARTA (18 Maret): Wakil Ketua DPR RI Bidang Industri dan Perdagangan, Rachmad Gobel menegaskan kesiapannya melakukan antisipasi penyebaran virus Corona (Covid 19) dan penurunan ekonomi.

"Saya akan usulkan kepada Ketua DPR agar segera mengadakan rapat dengan seluruh unsur terkait pemerintah dan lembaga. Intinya, membahas pandemi ini dengan segala persoalannya dan mencari solusi yang efektif,” kata Legislator Partai NasDem itu di Jakarta, Selasa (17/3)

Persoalan ini, ujar Rachmad Gobel, harus disikapi dengan baik dan cepat. Hal itu dimaksudkan untuk menekan penyebaran yang lebih masif dan upaya penanganan secara komprehensif.

“Saya akan mendorong pemerintah bersiap menghadapi segala kemungkinan terburuk akibat penyebaran virus Corona yang masif, terutama di Indonesia. Mengingat China merupakan episenturm ekonomi dunia maka pukulan yang dialami China pasti akan dirasakan Indonesia,” katanya.

 

Rachmad menjelaskan, saat ini China memiliki pangsa pasar sekitar 17% dari total pangsa perekonomian dunia. Dengan kasus ini, berbagai lembaga dunia seperti yang disampaikan Kepala Ekonomi Standar & Poor’s untuk Asia Pasifik, Shaun Roche maupun analis Oxford  Economics  pada awal Februari 2020 memperkirakan China akan mengalami penurunan pertumbuhan sekitar 0,7-1%. 

"Dengan demikian targetnya akan terkoreksi dari 6,7% menjadi 6,1% atau 6%. Penurunan ekonomi China akan menurunkan perekonomian dunia 0,2%. Karena China merupakan mitra dagang utama Indonesia, maka setiap penurunan pertumbuhan ekonomi China akan membuat ekonomi Indonesia tertelan. Ekspor komoditas Indonesia bakal terpukul. Demikian juga sektor pariwisata," papar Legislator NasDem dari Dapil Gorontalo itu.

Oleh sebab itu, menurut dia, perlu antisipasi menyeluruh dari pemerintah, legislatif, yudikatif, pelaku bisnis, dan industri dalam menghadapi guncangan dahsyat ekonomi dunia. 

Sebab China merupakan pembeli dari sekitar 45% besi, 40% tembaga, dan 15% minyak yang diperdagangkan di dunia. China juga konsumen dari sekitar 30% komoditas beras, 25% kedelai, 20% jagung, dan 17% komoditas gandum yang diproduksi di seluruh dunia.

"Corona ini juga telah membuat harga jatuh. Sebagai gambaran, pada periode 17-31 Januari, di pasar global,   beberapa komoditas mengalami tekanan harga jual. Harga tembaga di pasar dunia turun 12,1%, harga minyak mentah turun 10,2%, dan harga minyak kelapa sawit anjlog 9,6%," jelas dia.

Oleh karena itu, Rachmad menyarankan pemerintah mengambil sejumlah langkah antisipasi dan  harus mengoptimalkan pasar domestik, memperluas pasar baru ekspor di luar pasar tradisional seperti Afrika dan Asia Selatan.

"Meski nilai awalnya kecil dibandingkan dengan pasar tradisonal, namun, jika bisa dibuka dengan konsisten dalam jangka panjang akan membuka peluang permintaan yang konsisten di masa-masa mendatang," jelas Rachmad.

Dia menyebutkan pemerintah harus melakukan misi dagang, pameran dagang dan perjanjian bilateral yang lebih atraktif sebagai kombinasi yang bisa ditempuh dalam kondisi saat ini. 

Selain melakukan diversifikasi pasar untuk sawit, pemerintah juga mendesak untuk mewajibkan (mandatory) langkah prospektif peningkatan penggunaan sawit untuk biodiesel. Apakah itu B30 atau akan lebih tinggi lagi dengan komitmen waktu pelaksanaan dan tahapan yang jelas dan tegas. 

Pemerintah juga bisa memanfaatkan pasar wisatawan domestik meski itu tidak mudah dengan pembatasan akses seperti saat ini. Perlu ada upaya  untuk menggairahkan warga melakukan perjalanan ke berbagai destinasi pilihan setelah pasca pembatasan 14 hari. 

Rachmad Gibel menambahkan, pemerintah bisa memberlakukan tarif khusus penerbangan untuk merangsang wisatawan nusantara mau melakukan perjalanan. Selain itu menawarkan berbagai kerja sama dengan pihak maskapai penerbangan yang batal melakukan penerbangan ke China, dengan pertimbangan mengeliminasi sekecil mungkin adanya penyebaran virus.

"Terakhir, mengoptimalkan pekerja yang ada. Apakah itu pekerja lokal maupun pekerja dari China yang bertahan di Indonesia. Memanfaatkan momentum virus Corona ini untuk memperkuat produksi domestik, terutama industri yang selama ini mengandalkan bahan baku dari China," pungkasnya.(BA/*)

Add Comment