a

Perang Melawan Covid-19

Perang Melawan Covid-19

Oleh: Charles Meikyansah

Anggota DPR RI Fraksi Partai NasDem 

SEJAK awal munculnya endemi Corona (Covid-19) di Wuhan, China, warga dunia menganggap serangan virus Corona tidak begitu membahayakan dan merupakan endemi yang sangat lokal. Terbatas di satu wilayah. 

Evolusi dan mutasi virus Corona dianggap hanya evolusi minor dari virus-virus yang telah muncul sebelumnya seperti H1N1, SARS, Ebola, dan sebagainya. Bahaya tapi sebaran dan dampaknya tidak semengeri sekarang terjadi. 

Kondisi demikian tercermin dari hampir seluruh negara yang gagap dalam menghadapi pandemi Corona. Negara-negara tidak memiliki persiapan yang cukup dalam menghadapi pertumbuhan korban yang terjangkiti Corona, termasuk Indonesia. 

Memang data awal dan sebaran Corona selalu berjalan landai. Dalam satu minggu awal ditemukannya korban Corona dalam satu negara, data dan sebaran wilayah yang terjangkiti bergerak lambat, hanya satu sampai dua orang di satu lokasi.

Hal ini menyebabkan negara-negara yang terjangkiti terutama Indonesia tidak mengambil tindakan serius dan radikal. Hanya mengisolasi korban dan memberikan imbauan yang sifatnya normatif. 

Celakanya, pertumbuhan sebaran dan korban Corona selalu mengikuti model pertumbuhan eksponensial di mana pertumbuhan di awal selalu bergerak landai dan akhirnya melonjak drastis. 

Lonjakan yang drastis membuat kondisi krisis. Dan kita sekarang berada dalam kondisi yang demikian. Data sebaran dan korban terus meningkat mengikuti model eksponensial di mana data dan sebaran korban tidak lagi berjalan landai tapi sudah terus melonjak drastis. 

Data terakhir (Sabtu, 21/3/2020) menunjukkan jumlah korban sebanyak 450 yang positif Corona dengan korban yang mampu disembuhkan sebanyak 20 dan korban meninggal sebanyak 38. Artinya tingkat mortalitiy rate Corona di Indonesia sebesar 8,4 persen. Persentase yang besar apabila merujuk pada tingkat mortalitiy rate di China yang sebesar 4 persen. 

Lalu kapan data korban Corona akan mulai turun? Pertanyaan yang membutuhkan kebijakan yang tepat dan cepat, serta membutuhkan kerja sama nasional dalam perang melawan Corona. Semakin solid kerja sama seluruh elemen akan dapat menekan laju pertumbuhan korban Corona. 

Sekarang bukan waktunya berdebat untuk saling menyalahkan, tapi seperti kata Adlai Stevenson di New York Times tahun 1962 yang relevan untuk kondisi sekarang “would rather light a candle than curse the darkness (Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan).

Gotong Royong Nasional

Situasi krisis Corona hari ini membutuhkan gotong royong nasional untuk bersama-sama melawan Corona. Gotong royong paling mendasar dan penting adalah menerapkan social distancing secara serius. Social distancing tidak bisa ditawar lagi. Kita semua harus membantu negara dengan sebisa mungkin dengan mengurangi mobilitas atau bahkan berdiam diri di rumah. 

Dimulai New York Times menunjukkan dengan social distancing yang ketat kita berkontribusi sangat besar dalam menurunkan jumlah korban Corona bahkan sampai 40 persen. Hari ini berkorban demi negara tidak lagi harus berjuang dalam medan pertempuran tetapi sebisa mungkin social distancing. 

Kesediaan pemerintah, DPR, elite politik dan dunia usaha untuk bersama-sama mengurangi mobilitas dengan seruan “work from home” harus diapresiasi, akan tetapi juga harus diimbangi dengan keseriusan kita semua untuk social distancing. 

Gotong royong nasional juga harus kita lakukan dengan bekerja sama menyukseskan kebijakan yang tengah diambil yaitu memperbanyak dan mempercepat tes massal (rapid test) Covid 19. Pemerintah harus mempercepat pengadaan infrastruktur lainnya seperti alat pendekteksi dan obat, sedangkan masyarakat secara sukarela untuk memeriksakan dirinya apabila merasa ada gejala terjangkit Corona. 

Kami di Partai NasDem sudah melakukan gotong royong nasional dengan menginstruksikan social distancing, meliburkan seluruh tenaga ahli di Fraksi Partai NasDem dengan work from home. Membagikan masker Partai NasDem juga siap apabila pemerintah sudah menyelenggarakan rapid test dengan menginstruksikan seluruh elemen dari tingkat paling bawah sampai pusat untuk melakukan tes Corona.

Mitigasi Corona hari ini tidak bisa dilakukan serampangan dan hanya mengandalkan kesukarelaan. Kita harus belajar dari Italia yang akhirnya melakukan kebijakan lockdown nasional setelah data korban menunjukkan lonjakan drastis. Telat dan biaya yang harus dibayar sangat mahal, tidak hanya jumlah korban yang besar tetapi juga kontraksi ekonomi yang dalam. 

Keputusan pemerintah untuk mengambil mitigasi model Korea Selatan harus dilakukan secara serius. Sinergitas seluruh elemen menjadi kunci. Bahkan kalau perlu melakukan intervensi kepada daerah atau intervensi daerah kepada masyarakat apabila tidak memberlakukan pembatasan mobilitas sosial dan social distancing. 

Selain itu juga harus dilakukan kepada dunia usaha. Perusahaan sebisa mungkin mengurangi mobilitas sosial. Tentu pemerintah harus memberikan stimulus agar dunia usaha tidak mengalami kontraksi yang berat. 

Momentum Bebenah dan Bersatu. 

Tahun ini adalah tahun yang berat tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi dunia. Siklus pandemi 100 tahun-nan datang tiba-tiba di tengah optimisme untuk kerja, kerja, kerja dalam mengejar ketertinggalan. 

Meski menyisakan sedih dan kekhawatiran, Corona memberikan cermin sekaligus hikmah bagi kita karena dengan Corona kita bersatu. Corona juga menunjukkan kepada kita apabila pondasi sistem kesehatan kita lemah dan paska Corona harus dilakukan restorasi sistem kesehatan nasional yang serius. Kita juga harus investasi besar-besaran pada vaccine innovation.  

Ini penting karena seperti kata Bill “threat of deadly over 10 million people in the next few decade, its most likely to be a highly infectious virus rather than war, not missiles but microbes”. Maka Inovasi, kerja sama, dan perencanaan yang matang akan dapat meminimalisasi resiko. 

Selebihnya, tetap waspada, karantina mandiri dan tetap lakukan social distancing secara ketat karena kita sedang berkontribusi bagi negara untuk memerangi pandemi. Kita akan mampu melewatinya dengan cepat dan banyak korban. Badai pasti berlalu. Semoga.**

Add Comment