Tingkatkan Aspek Keamanan Garda Terdepan Penanganan Covid-19

JAKARTA (26 Maret): Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, meminta pemerintah meningkatkan aspek keamanan terhadap tenaga kesehatan atau garda terdepan dalam penanganan virus corona (Covid-19).

 Pelaksanaan rapid test atau tes cepat meningkatkan risiko terpapar terhadap para tenaga kesehatan.

"Bisa dibayangkan semakin luasnya sasaran pemeriksaan, itu artinya semakin besar potensi bersinggungannya para frontliner ini dengan para suspect, orang dalam pengawasan atau pasien dalam pengawasan," kata legislator yang akrab dipanggil Rerie ini di Jakarta, Kamis (26/3).

Rerie mengatakan, garda terdepan dimaksud meliputi tenaga medis, tim pengamanan, dan petugas rumah sakit. Pihak lain yang berada di lingkungan suspect Covid-19 juga masuk katagori garda terdepan penanganan pandemi ni.

“Berita kematian sejumlah dokter dan paramedis yang menangani suspect Covid-19, diskriminasi terhadap para tenaga medis, serta sejumlah tenaga keamanan yang terpapar virus corona saat bertugas, menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita semua,“ ujarnya.

Legislator NasDem ini menjelaskan merujuk data di laman Worldometers pada 24 Maret 2020, Indonesia menduduki peringkat empat dunia dalam rasio kematian pasien positif Covid-19. Posisi pertama ditempati San Marino dengan rasio kematian 11,2 persen, yakni dari 187 pasien positif korona, 21 meninggal. 

"Posisi kedua ditempati Italia dengan 69.176 pasien positif, dan 6.820 meninggal. Rasio kematian akibat Covid-19 di Italia sebesar 9,8 persen," lanjutnya. 

Lalu, Rerie menyebutkan, Iraq ada di urutan ketiga dengan angka rasio kematian 8,5 persen. Dari 316 pasien positif Covid-19 di Iraq, 27 di antaranya meninggal. 

"Rasio kematian akibat Covid-19 di Indonesia ada di urutan berikutnya dengan angka 8 persen. Dari 686 positif covid-19, 55 meninggal," tuturnya. 

Rerie menegaskan angka ini mengkhawatirkan. Terlebih sejumlah ahli memprediksi penyebaran Covid-19 akan mencapai puncaknya pada April 2020. Bagi Rerie, rasio kematian Covid-19 tidak bisa dilepaskan dari kualitas perawatan pasien sesaat setelah divonis positif, di samping sistem imunitas pasien itu sendiri.

"Statistik yang dirilis Worldometers terhadap fenomena penyebaran Covid-19 patut menjadi perhatian semua kalangan. Sebab, eskalasi penularan virus belum menunjukkan tanda-tanda menurun," ungkapnya. 

Menurut Rerie, sejak diumumkan kasus pertama Covid-19 pada 2 Maret 2020, penyebarannya sangat cepat. Penyebaran corona bukan lagi terpusat di kota-kota besar, tapi juga sudah menyebar ke kota kecil di Pulau Jawa. 

Ia menegaskan, menekan rasio kematian Covid-19 tergantung bagaimana kesiapan semua pihak dalam menyediakan perawatan pasien positif dengan standar yang  baik. Ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah, melainkan butuh peran masyarakat. 

"Masyarakat harus mampu menjaga diri dan lingkungannya, dan dengan demikian angka terpapar bisa ditekan dan pasti akan menekan angka kematian juga,” ucap legislator Partai NasDem itu.

Rerie mengajak seluruh lapisan masyarakat ikut membantu pemerintah agar dapat menyiapkan jumlah tenaga medis yang memadai, fasilitas kesehatan yang mumpuni, hingga persediaan Alat Perlindungan Diri (APD) yang cukup sampai masa darurat yang ditentukan pemerintah berakhir.

 Rerie mengapresiasi, langkah pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dasar dalam menangani wabah Covid-19 ini. 

“Pemerintah sudah membebaskan pajak alat kesehatan penanganan Covid-19, juga terus menambah tenaga medis di wilayah-wilayah yang tertular wabah korona tertinggi. Yang paling penting juga pemerintah telah menyediakan insentif bagi masing-masing pelaksana tugas,” tukasnya.

Menurut Rerie, social distancing atau jaga jarak adalah bagian penting dari skenario pemerintah memutus rantai penularan Covid-19 dalam skala besar. Social distancing terbukti berhasil menekan penularan di berbagai negara. 

Jepang, misalnya, menerapkan social distancing sejak kasus pertamanya pada Februari 2020. Jepang juga tercatat menjadi negara yang mampu menekan rasio kematian hanya 3 persen. Keberhasilan Jepang ditopang dengan perawatan pasien yang baik, kesadaran penuh dari semua warga untuk melakukan social distancing, hingga kesigapan penanganan kasus baru Covid-19. 

Menurut Rerie, Indonesia sangat mampu meniru Jepang dalam menekan penularan Covid-19. Asalkan, semua pihak disiplin melakukan social distancing dengan penuh kesadaran. Semangat kemanusiaan secara bersama-sama, menurut Rerie, akan mengurangi penularan.

“Setiap dari kita harus berkontribusi untuk melawan wabah virus corona,” tegasnya.

Rerie juga menyoroti, data terkait penyebaran virus corona yang dirilis Reuters. Kantor berita yang berbasis di London itu menilai, Indonesia bisa menjadi pusat pandemi baru dari virus korona ini.

Menurut Reuters, Indonesia terlambat menghadapi lonjakan kasus virus corona sehingga tidak mampu menghadapi wabah. Bahkan studi pusat pemodelan matematika untuk penyakit menular yang berbasis di London memerkirakan bahwa hanya 2 persen pasien terinfeksi virus corona di Indonesia yang dilaporkan.

"Saya rasa pemerintah perlu menjelaskan dan menanggapi munculnya sejumlah analisis dari berbagai pihak ini. Sehingga tidak terjadi kebingungan dan kita semua memahami kondisi saat ini, termasuk menerima pertimbangan yang mendasari langkah yang diambil pemerintah," jelas Rerie.   

Rerie juga meminta, pemerintah melakukan evaluasi atas langkah-langkah dan kebijakan yang telah diambil berkenaan penanganan wabah Covid-19.

 Ia mendorong, pemerintah mengambil langkah-langkah lanjutan dan bahkan  'radikal' bila diperlukan.(medcom/*)

Add Comment