Fungsi Keluarga Bergeser, Pandemi Momentum Introspeksi
JAKARTA (29Juni): Di masa pandemi Covid 19 ini dengan anjuran berdiam diri di rumah, bekerja dari rumah, merupakan momentum untuk mengembalikan fungsi-fungsi utama keluarga. Selama ini tanpa disadari fungsi keluarga untuk anak banyak dialihkan ke sekolah dan ke lingkungan sosial pergaulan anak di luar keluarga.
Hal itu dikemukakan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi NasDem, Ratih Megasari Singkarru Senin (29/6) berkaitan dengan peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang jatuh setiap 29 Juni.
"Tanpa bermaksud menggeneralisasi, saya melihat banyak pergeseran fungsi keluarga inti terhadap anak. Banyak orang tua, dengan berbagai macam latar belakang ekonomi maupun pendidikan, sekarang ini terlalu sibuk masing-masing dan anak pun akhirnya sibuk sendiri juga. Ekspektasi orang tua terhadap anak dan ekspektasi anak terhadap orang tua menjadi tidak terkomunikasikan dengan baik", katanya.
Salah satu yang menonjol dari lemahnya fungsi utama keluarga adalah keterlibatan anak-anak dalam penggunaan kasus narkotika. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) beberapa waktu lalu anak-anak yang terlibat pernyalahgunaan narkotika mencapai 20% namun kemudian meningkat menjadi 24-28%. Jumlahnya sekitar 2,9 juta orang.
Selain itu seks bebas di kalangan remaja juga bukan lagi menjadi rahasia. Sebuah penelitian yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu menunjukkan fakta di beberapa kota besar di Indonesia sebanyak 62,7% remaja melakukan hubungan seks di luar nikah.
‘’Itu sekadar menunjukkan contoh bahwa peran keluarga mulai bergeser, sehingga anak-anak menemukan sendiri nilai-nilai yang membentuk pribadi mereka. Dikhawatirkan dengan maraknya trend-trend yang beredar di sosial media, anak yang minim bimbingan dan minim komunikasi dengan keluarga menjadi ikut- ikutan tanpa pemahaman akan baik buruknya hal tersebut," kata Legislator NasDem tersebut.
Anggota DPR RI dari dapil Sulawesi Barat itu mengatakan, keluarga tidak bisa hanya menyalahkan anak ketika anak terlibat misalnya dalam penyalahgunaan narkotika atau kehamilan di luar nikah. Justru keluarga harus melihat kembali perannya, melakukan introspeksi dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak, dan yang paling utama adalah mencegah hal tersebut terjadi.
‘’’Betul bahwa seorang ayah dan ibu harus bekerja untuk membiayai keluarga. Tetapi peran sentral keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak tidak begitu saja dialihkan atau dilimpahkan kepada pihak lain. Tanggung jawab keluarga terhadap seorang anak jauh lebih besar dibandingkan tanggung jawab sekolah terhadap anak,’’ katanya lagi.
Di masa pandemi ini, tambah Srikandi NasDem tersebut, merupakan momentum untuk melihat dan menata kembali peran sentral keluarga. Anak tentu akan mengalami masa mencari dan menemukan sendiri nilai di dalam pergaulannya, tetapi harus dibekali secara kuat dengan nilai-nilai agama, moralitas dan semuanya itu harus ditimbanya di rumah.
‘’Kalau di masa pandemi ini seluruh anggota keluarga bisa berkumpul dan saling tukar cerita, mestinya di masa normal baru hal itu bisa dipertahankan,’’ katanya lagi.[*]