Penangkapan Djoko Tjandra bisa Kembalikan Citra Polri

PALANGKARAYA (3 Agustus): Anggota Komisi III DPR dari Fraksi NasDem, Ary Egahni Ben Bahat, mengapresiasi Polri yang berhasil menangkap buron kasus korupsi, Djoko Tjandra, pekan lalu.

Legislator NasDem dai dapil Kalimantan Tengah (Kalteng) itu mengatakan keberhasilan tersebut dapat mengembalikan citra kepolisian yang selama ini dikesankan negatif oleh masyarakat.

Ia berharap Polri juga bersikap dan melakukan aksi serupa terhadap kasus-kasus seperti itu yang selama ini gelap karena belum terbongkar.

"Kita ingin Polri berada di garda terdepan dalam menegakkan keadilan dan memberantas kejahatan, baik yang merugikan negara, maupun masyarakat," katanya kepada pers di Palangkaraya, Kalteng, Senin (3/8).

Djoko Tjandra, terpidana kasus cassie Bank Bali ditangkap Polri pada Kamis (30/7) malam setelah buron selama 11 tahun. Polri bekerja sama dengan Polisi Diraja Malaysia menangkap buron terpidana dua tahun itu di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ary Egahni mengingatkan bahwa kasus Djoko Tjandra masih menyisakan banyak kasus ikutannya (skandal) meskipun Polri juga telah menindak aparatnya yang diduga membantu Djoko Tjandra.

"Saya berharap, Polri tetap tidak boleh pandang bulu terhadap kasus Djoko Tjandra. Jangan sampai Polri tercoreng dengan kasus ini dan memunculkan kesan di masyarakat bahwa penegakan hukum ternyata bisa dijualbelikan," ujar Egahni.

Legislator NasDem itu menyebut Djoko Tjandra sangat licin. Dia tidak pernah tersentuh meski menyandang status buron terpidana kasus korupsi sejak 2009. Bahkan beberapa kali aparat hukum Indonesia bisa diakalinya.

Namun, apa pun kisah di baliknya, tambah Egahni, profesionalitas Polri dalam penangkapan Djoko pantas dicatat dalam buku prestasi kepolisian. 

Tertangkapnya Djoko, masih menurut Egahni, menunjukkan bahwa "sebetulnya polisi kita punya kemampuan untuk memburu sekaligus meringkus buron segesit dan selicin apa pun."

"Jangan sampai masyarakat menilai kemampuan dan profesionalitas Polri itu pudar hanya gara-gara  terhalang oleh ketiadaan kemauan, dan lebih celaka kongkalikong dengan penjahat," demikian Egahni.[]

Add Comment