Pertanian Penyelamat dari Jurang Resesi
Oleh Charles Meikyansah
Anggota Komisi IV DPR RI
ANCAMAN resesi tengah menghantui perekonomian global. Negara-negara maju (Advanced Industrial Country) sedang mangalami situasi yang sulit tak terkecuali negara-negara emerging market seperti Indonesia. Kabar baik akhir tahun 2019 tiba-tiba lenyap akibat pandemi.
Daya rusak pandemi terhadap ekonomi tidak hanya memukul sisi supply side tetapi juga demand side. Ekonomi macet di kedua sisi. Maka jalan keluar harus benar-benar luar biasa (extraordinary). Pasar utama berhenti mengkonsumsi, pun dengan negara-negara produsen berhenti berproduksi.
Banyak ekonom sepakat bahwa mengatasi situasi yang sedemikian sulit ini harus menyelesaikan keduanya, baik sisi permintaan maupun penawaran. Dan hanya negara yang mampu melakukan, dengan cara memperbesar belanja pemerintah.
Maka ketika pembahasan panjang di DPR terkait refocusing anggaran yang sudah dilakukan sejak sebelum pandemi, DPR mendukung penuh perluasan belanja negara secara besar-besaran dan dengan cepat. Karena hanya dengan belanja negara, ekonomi setidaknya tetap bergerak.
Ada semacam mantra; bad times makes good policy. Memang biasanya demikian. Tapi melihat laporan BPS pada triwulan II (Q-Q) rasa-rasanya semangat untuk memperbesar belaja negara mentok pada implementasi. Bad times and bad implementation. Sebuah kombinasi yang mengecewakan.
Padahal pesan yang tegas dan jelas bahwa belanja pemerintah adalah kunci sudah diwujudkan kerja marathon refocusing anggaran dan keinginan besar Presiden untuk belanja, belanja dan belanja sangat nyaring di media.
Sayangnya, di situasi yang serba sulit, beberapa kementerian bekerja seperti biasa. Lama, berbelit, dan takut berbuat. Hasilnya, capaian belanja pemerintah tak banyak berubah bahkan minus sangat dalam dengan beberapa sektor menyentuh pertumbuhan negatif dua digit.
Untungnya, sektor pertanian menjadi penyelamat dengan mampu mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 16,24 persen. Apresiasi harus ditujukan pada Kementerian Pertanian sebagai lokomotif daya dorong ekonomi di tengah pandemi.
Apabila sektor lain bekerja layaknya sektor pertanian maka resesi dapat terhindarkan di kuartal ke III 2020. Dan perbaikan ini yang harus didorong agar Indonesia tidak masuk dalam resesi.
Kerja keras agar keluar dari resesi
Melihat struktur PDB kita yang 65 persen dipengaruhi oleh lima sektor yang besar yaitu industri, pertanian, perdagangan, konstruksi dan pertambangan, maka kementerian terkait harus menjadi lokomotif yang kencang untuk membelanjakan anggaran agar menjadi daya ungkit ekonomi.
Jangan sampai seperti kuartal ke II 2020 di mana dari lima sektor utama hanya pertanian yang mencatatkan pertumbuhan positif. Butuh kerja keras semua pihak menyelamatkan Indonesia agar keluar dari ancaman resesi di kuartal ke III.
Dua capaian utama sektor pertanian dengan rendahnya inflasi dan meningkatnya ekspor pertanian April 2020 sebesar 12,66 persen atau US$0,28 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (YoY) harus lebih digenjot. Dua capaian utama ini adalah fondasi penting sektor pertanian terutama Kementan untuk terus menggenjot capaian positif, setidaknya mampu menjadi rem bagi ekonomi Indonesia agar tidak terjerumus dalam resesi.
Momentumnya ada, di mana pandemi membuat krisis pangan mengancam seluruh negara dan Indonesia memiliki peluang untuk menyuplai pangan. Tinggal kitanya saja mau apa tidak.
Situasi yang sulit selalu memberikan hikmah dan momentum untuk berbenah. Capaian positif sektor pertanian memberikan momentum untuk terus memperkuat ekonomi pertanian agar kedaulatan pangan dapat tercapai
Dengan terus menjaga kinerja positif maka efek rembetan (multiplier effect) sangat luar biasa. Membaiknya permintaan sektor pertanian akan membuat naiknya harga jual pangan di tingkat petani. Artinya kesejahteraan akan meningkat.
Hal tersebut setidaknya tercermin dari meningkatnya nilai tukar petani (NTP) pada hampir semua subsektor baik pertanian maupun peternakan di tengah pandemi.
Momentum lain adalah belanja sektor pertanian harus lebih berkualitas yang dapat memberikan efek ganda seperti perbaikan infrastruktur pertanian yang tidak hanya memperbaiki fisik tetapi juga penciptaan lapangan pekerjaan.
Tidak ada waktu lagi untuk menunggu. Situasi serba sulit harus diselesaikan dengan cara-cara kreatif dan berani. Kalau tidak, resesi di depan mata.[*]