Refleksi Makna dan Tanggung Jawab Kader di Masa Depan
Oleh Nico Ainul Yakin
Wakil Ketua DPW Partai NasDem Jawa Timur
“Saya ucapkan selamat ulang tahun ke-9 kepada Keluarga Besar Partai NasDem dan sekaligus selamat menjadi partai besar yang disegani.”
PERNYATAAN di atas saya kutip dari pidato Presiden RI, Joko Widodo saat menghadiri acara puncak HUT ke-9 Partai NasDem yang dilaksanakan secara virtual di Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem, Jakarta Rabu, (11/11).
Menurut Jokowi, semangat restorasi yang digaungkan NasDem selama ini melandasi kerja-kerja pemerintah untuk memulihkan Indonesia dari berbagai masalah, termasuk menghadapi tantangan akibat pandemi Covid 19.
Pernyataan Jokowi tersebut mengingatkan penulis pada pandangan sejumlah tokoh tentang Partai NasDem yang disebut sebagai partai dengan visi dan karakter yang kuat. Ciri partai yang mengusung jargon “Gerakan Perubahan – Restorasi Indonesia” itu menurut mereka tidak dimiliki partai-partai lainnya.
Untuk mewujudkan semangat perubahan dan restorasi itu, Partai NasDem memulainya dengan menerapkan “politik tanpa mahar dan tanpa syarat” dalam keseluruhan proses kontestasi demokrasi (Pileg, Pilpres, dan Pilkada).
Visi dan karakter Partai NasDem tersebut (tentu saja) tidak dapat dilepaskan dari sosok Surya Paloh sebagai pendiri sekaligus imam politik Partai NasDem yang tak bosan-bosannya menyerukan kader-kadernya untuk merestorasi Indonesia sesuai khittahnya, sebagaimana para founder negeri ini. Keteladanan Ketua Umum Partai NasDem ini kemudian dijiwai oleh seluruh kadernya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pandangan mengenai Surya Paloh dan Partai NasDem tersebut setidaknya terungkap dalam sejumlah catatan lepas dari para tokoh yang secara langsung diikuti penulis.
Pertama, RKH Fuad Amin Imron alias Ra Fuad. Tokoh sentral Madura pada zamannya pernah menyebut pendiri Partai NasDem, Surya Paloh sebagai pemimpin politik (al-Waliyyu al-Siyasah) paling terkemuka di separoh perjalanan era reformasi (2010-sekarang). Penyematan istilah “al-Waliyyu al-Siyasah” dari cicit Syaikhona Kholil, Bangkalan itu merupakan bentuk legitimasi atas ketokohan politisi asal Aceh itu dalam dunia politik ke-Indonesiaan. Pernyataan Ra Fuad tersebut disampaikan ketika menghadiri acara deklarasi ormas Nasional Demokrat yang digelar di Jatim Expo, Surabaya (25/7/2010).
Kedua, KH Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU 2004-2009). Dalam momentum peringatan HUT ke-4 Partai NasDem Jawa Timur di era kepemimpinan Effendy Choirie (Gus Choi), mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu menyampaikan kekagumannya kepada Partai NasDem. Menurutnya, partai besutan Surya Paloh itu memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif ketimbang partai lainnya.
Beberapa keunggulannya, antara lain: (i) NasDem adalah partai alternatif yang tidak mengandalkan basis kultural yang konservatif, tetapi menawarkan ide dan gagasan restoratif melalui gerakan penyadaran masyarakat agar paham dan mengerti atas posisinya sebagai warga bangsa. Masyarakat yang sadar akan melahirkan gerakan perubahan yang mendasar dan universal – menembus batas-batas keberagamaan, dan keberagaman dalam bentuk lainnya; (ii) NasDem memiliki pondasi dan gagasan yang kuat sebagai partai yang bersih dan antikorupsi.
Politik tanpa mahar dan tanpa syarat adalah sublimasi nilai yang diadopsi dari berbagai sumber adiluhung untuk disosialisasikan kepada masyarakat agar tujuan politik yang baik ini tidak tercederai oleh ambisi kekuasaan semata – menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi politiknya; dan (iii) ide restorasi yang diinisiasi oleh NasDem itu akhirnya menjadi branded yang tak ditemukan pada partai lain.
Konsistensi NasDem dengan nilai-nilai yang dimiliki dan keunggulan-keunggulan yang ada menurut Kiai Hasyim – dalam jangka panjang (pasti) akan direspon positif oleh publik. Pada saatnya NasDem akan menjadi partai besar dengan pemilih yang terikat secara emosional dan rasional.
Ketiga, KH Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI). Dalam acara Pekan Orientasi Caleg Partai NasDem di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta (2/9/2018), Kiai Ma’ruf yang saat itu masih menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Jokowi mengapresiasi dan mengaku tertarik dengan slogan Partai NasDem “Gerakan Perubahan” (al-Harakatu al-Ishlah). Menurutnya, slogan itu sesuai dengan kaidah fikih “al-muhafadhatu 'ala qadimis shalih wal-Akhdzu bil-Jadidi al-Ashlah" (memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik). Kaidah fikih ini kata mantan Rois Aam PBNU itu memiliki dua paradigma, yaitu menjaga tradisi dan melakukan transformasi ke arah yang lebih baik (al-Ishlah ilaa maa huwa al-Ashlah), dan dilakukan secara terus menerus/berkelanjutan (continuous improvement). Dalam kesempatan tersebut, ia juga merasa menjadi bagian dari NasDem.
Keempat, KHR Cholil As’ad Syamsul Arifin (pengasuh Ponpes Wali Songo, Situbondo, Jatim). Menurut kiai muda yang akrab disapa Ra Cholil, Partai NasDem dimaknai dengan “Naasun Daaimun”, yaitu manusia yang terus menerus memberikan manfaat bagi orang lain (al-Dawaamul al-Maslahah wal-Manfaah lil-Ummah) – sebuah sublimasi nilai yang menjadi ruh/jiwa pada setiap langkah gerakan NasDem untuk kemanfaatan bagi manusia yang lain. Dan ini kata Ra Cholil selaras dengan sabda Nabi Muhammad Saw: “Khoirunnas Anfa'uhum Linnas” sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang selalu memberi manfaat pada orang lain.
Putra bungsu pahlawan nasional, Kiai As’ad Syamsul menyampaikan bahwa Partai NasDem dirancang dengan pondasi yang kokoh secara spiritualitas dan sejak awal didesain sebagai partai besar yang akan berjaya di masa depan (Asyraqatil-bidayah Asyrootin-nihayah). Pernyataan ini disampaikan Ra Cholil di depan Ketua DPW Partai NasDem Jawa Timur, Sri Sajekti Sudjunadi saat bersilaturrahim ke Ponpes Wali Songo, Situbondo (27/6/2020).
Kesaksian para tokoh terhadap Surya Paloh dan Partai NasDem di atas harus dibaca oleh pengurus dan kader-kader Partai NasDem sebagai pengakuan nuranis yang tulus dari para tokoh di luar NasDem. Oleh karena itu, momentum HUT ke-9 Partai NasDem ini harus dijadikan medium reflektif dan berbenah diri untuk meneguhkan pentingnya restorasi Indonesia.
Capaian-capaian politik yang diraih NasDem selama ini merupakan anugerah dari Tuhan dan buah dari kerja keras seluruh kader yang konsisten dengan garis politik Partai NasDem, sehingga patut disyukuri dengan cara menjaga marwah partai dari perilaku-perilaku buruk dan tak terpuji atau kufur ni’mat sebagai lawan dari rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Konsistensi atas prinsip nilai ke-NasDem-an itu akan menjadikan partai ini sebagai kekuatan politik yang besar dan disegani, sebagaimana disinggung Presiden Jokowi dalam pidatonya pada acara puncak HUT ke-9 Partai NasDem. Semoga.(*)