a

Mathius Awoitauw 'Kembali ke Kampung Adat'

Mathius Awoitauw 'Kembali ke Kampung Adat'

SENTANI (8 Januari): Bertempat di Hotel Suni Garden Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (5/1), buku berjudul 'Kembali ke Kampung Adat: Meniti Jalan Perubahan di Tanah Papua' resmi diluncurkan. Buku setebal 180 halaman tersebut ditulis Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw dan diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta.

Mathius Awoitauw menceriterakan awal mula muncul gagasan menulis buku itu tidak terlepas dari pengalamannya selama sekitar 27 tahun menggeluti bidang pemberdayaan masyarakat dan saat periode pertama memimpin Kabupaten Jayapura. Kini Mathius menjadi bupati periode kedua dan juga Ketua DPW NasDem Provinsi Papua.

“Tampaknya ada benang merah, ketika akhirnya saya merefleksikan secara sangat mendalam praktek pembangunan yang ada di Tanah Papua selama puluhan tahun. Bukan saja pembangunan dalam arti tata kelola pemerintahan dan masyarakat, tetapi terutama pembangunan manusia Papua,’’ kata Mathius.

Dalam refleksinya, Mathius merasakan ada yang ‘hilang’ dari seluruh perjalanan orang Papua selama bertahun-tahun. Anak-anak Papua tercerabutnya dari akar budayanya. Sehingga bicara tentang kampung adat, kata Mathius, sebenarnya adalah bicara tentang bagaimana mengembalikan sesuatu yang hilang dari orang-orang Papua.

Menurut Mathius, gagasan 'Kembali ke Kampung Adat' merupakan bentuk Restorasi Pembangunan di Papua. Bagi Mathius, praktik dan pola pembangunan yang ada di Papua selama ini makin membuat anak-anak Papua ‘terasing’ dari akar budayanya sendiri. Artinya, kata dia, ada pola pembangunan selama ini yang cukup sistematis yang menyebabkan anak-anak Papua ‘menjadi terasing’ dari budayanya sendiri.

“Sementara dalam banyak pengalaman saya, kebetulan saya adalah juga anak Kepala Suku, sedikit banyak mengerti bagaimana akar budaya orang Papua justru menjadi sumber nilai dalam seluruh tatanan kehidupannya. Jika itu dipraktikkan secara konsisten justru mampu menjawab seluruh tantangan kehidupan orang Papua pada zaman modern saat ini,” tegas Mathius.

Dalam pengalamannya, sejak awal dia merintis Program Kampung Adat di Kabupaten Jayapura, sambutan masyarakat luar biasa. Gagasan 'Kembali ke Kampung Adat' seakan menjadi jawaban atas kerinduan masyarakat selama ini yang tidak diberi tempat dalam pembangunan. Sekaligus gagasan 'Kembali ke Kampung Adat' merupakan tawaran pembangunan yang relevan dengan situasi Papua saat ini.

“Saya tegaskan dalam buku ini bahwa praktik pembangunan di Papua selama ini sebenarnya adalah praktik penaklukan atas alam dan atas orang-orang Papua. Sementara dalam kacamata masyarakat adat Papua, alam dan manusia adalah satu kesatuan yang utuh tak terpisahkan. Dalam budayanya, manusia Papua hidup menyatu dengan alam dan mereka bertugas menjaga Alamnya. Itulah juga faktanya, dalam kearifan adat Papua, adalah tugas seorang Ondoafi atau Ondofolo untuk memastikan alam yang memberi dia hidup tetap terjaga dan terawat dengan baik,” jelas Mathius.

Saat ini terkait penataan kampung adat di Jayapura sendiri, sudah ada 14 kampung adat, 24 yang sedang dalam proses penataan, dan 35 yang sedang diusulkan. 

"Kita tentu berharap ini terus berkembang. Dan syukur-syukur bisa berjalan di hampir seluruh wilayah Papua. Karena gagasan ini menurut saya yang lebih cocok ketika kita bicara bagaimana membangun Papua ke depan,” pungkasnya.(MI/*)

Add Comment