Saat Krisis Rasa Aman Lebih Diutamakan
JAKARTA (3 November): SocDem Asia menyelenggarakan webinar dengan tema ‘The Federal Election in Germany-An Election Analysis and Insights for Asia (Pemilu Federal di Jerman-Analisis dan Wawasan Pemilu untuk Asia)’, secara daring, Selasa (2/11).
Pemateri acara tersebut di antaranya, Kepala Departemen Asia Pasifik Friedrich Ebert Stiftung (FES), Marc Saxer, Manajer Kampanye dan Analis Partai Demokrat Sosial Jerman, Michael Ruter, serta penanggap anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Ratih Megasari Singkarru.
Dalam sambutannya, Pendiri Socdem Asia yang juga Ketua Bidang Hubungan International DPP NasDem, Martin Manurung mengucapkan terima kasih kepada Partai Demokrat Sosial Jerman atau Sozialdemokratische Partei Deutschlands (SPD) untuk bergabung dengan seminar ini.
Ia juga memberi selamat kepada SPD yang telah berhasil memenangi Pemilu di Jerman dengan perolehan 25,7%.suara.
“Tentu saja kita berharap SPD berhasil mendapatkan koalisi dan membentuk pemerintahan baru di Jerman. Kita juga berharap masa depan Jerman yang jauh lebih baik, tidak hanya untuk Jerman, tetapi juga untuk seluruh dunia dan juga untuk gerakan progresif kami,” ujarnya.
Legislator Partai NasDem itu berharap seminar tersebut akan bermanfaat bagi banyak orang sebagai wawasan tentang perpolitikan dunia. Ia juga berharap ke depan seminar semacam itu bisa terselenggara kembali secara fisik, setelah pandemi Covid-19 selesai.
Sedangkan Legislator NasDem Ratih Megasari Singkarru dalam paparannya mengatakan situasi dunia yang semakin dianggap mengancam, terlebih oleh Covid-19 dan dampak ekonomi yang ditimbulkan, menghadapi bencana iklim yang juga tidak kalah mengerikan, maka kebutuhan keamanan menjadi tema utama pada pemilu.
“Ketika dunia dalam situasi penuh semangat optimis, tentu pemilih akan berani mencoba terobosan baru. Seseorang (caleg) atau partai politik bisa menang pemilihan dengan pesan modernisasi dan reformasi. Namun dalam situasi krisis, kebutuhan rasa aman justru lebih diutamakan,” ujarnya.
Ratih menjelaskan SPD sebagai partai sosial demokratik, yang mengeksplorasi ideologi pasar-liberal di era 2000 an awal, kini kembali ke inti program sosial mereka yaitu perlindungan, keamanan, dan keseimbangan.
“SPD punya slogan kampanye yang tajam, ‘Soziale Politik für Dich’ (Kebijakan sosial untuk Anda) dan ‘Respekt für Dich’ (Hormati Anda). Dalam program pemilihan, pesan menyeluruh yang muncul adalah bahwa Olaf Scholz (kandidat kanselir dari SPD) memiliki rencana untuk masa depan dan tahu memenangkan kembali suara dari kaum populis,” kata Ratih.
Legislator NasDem dari Dapil Sulawesi Barat itu mengatakan SPD menjadikan isu seperti upah minimum, pensiun, dan keringanan pajak bagi kalangan berpendapatan rendah dan menengah sebagai pilar utama programnya di bawah Olaf Scholz.
“Seperti yang saya perhatikan dari perbedaan antara hasil Pemilu 2017 dan 2021, menarik untuk melihat bahwa partai CDU kehilangan jutaan pemilih dan beralih ke SPD, Partai Hijau (Greens), dan FDP. Meskipun hasil akhirnya kemenangan tipis, saya harus mengatakan bahwa kemenangan ini adalah pekerjaan fantastis yang dilakukan SPD,” kata anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai NasDem itu.
Kepala Departemen Asia Pasifik FES, Marc Saxer mengatakan, ketidakstabilan politik serta gejolak ekonomi, membuat orang Jerman trauma sampai hari ini. Itulah sebabnya stabilitas politik masih merupakan nilai yang sangat tinggi dalam politik Jerman.
Marc menggarisbawahi kemenangan SPD pada pemilu Jerman, karena partai yang mengusung demokrasi sosial adalah kekuatan yang menegosiasikan kompromi antara tenaga kerja dan modal.
“Harus mengambil perhatian mereka (pemilih) terkait jaminan sosial, upah yang baik dan pekerjaan yang layak,” ujarnya.
Olaf Scholz dianggap berkompeten dan berbeda dengan kandidat lain, Ia mampu menguasai krisis dan cakap membangun proyek politik jangka panjang.
“Olaf Scholz paham Global Tax, berbicara lembut, dan pada dasarnya dia terlihat seperti Angela Merkel, tapi saya sebut sebagai tokoh politik baru,” pungkasnya.(Dis/*)