Perempuan NasDem Diminta Jauhkan Sentimen Agama Dalam Berpolitik

SURABAYA (20 Desember): Tujuh puluh lima tahun Indonesia merdeka, banyak prestasi yang telah diraih. Diantaranya adalah perkembangan ekonomi, demokratisasi, menjadi bagian dari pelaku politik global, peningkatan digital dan ekonomi kreatif, peningkatan tingkat pendidikan, dan menurunnya kemiskinan.

Prestasi ini tentu tak lepas dari adanya tantangan yang dihadapi diantaranya adalah ketimpangan indeks pembangunan manusia, kualitas kesehatan, ketidakadilan gender, dampak desentralisasi, mayoritarianisme, intoleransi, dan paham anti NKRI, hingga korupsi dan politik kekuasaan.

Paparan itu disampaikan Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Wahid dalam Pendidikan Politik Kader Perempuan NasDem yang digelar Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Garnita Jawa Timur, di Surabaya, Senin (20/12) siang.

Alissa menegaskan, pelaku politik saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan, termasuk juga sentimen agama, yang berpotensi memecah belah masyarakat Indonesia, yang berdiri di atas keberagaman dalam keberagamaan ini.

“Jangan gunakan sentimen agama dalam berpolitik. Kita (politisi) bisa move on jika sudah terpilih, namun rakyat yang terkena sentimen agama akan terus menyimpan dampak itu. Jangan pertaruhkan bangsa kita yang beragam dan beragama ini dengan kepentingan politik lima tahunan,” kata putri Presiden Keempat RI Gus Dur itu.

Alissa menekankan pentingnya melakukan praktik politik bersih dan tidak menafikan keberagaman di Indonesia.

“Indonesia ada karena keberagaman, jika tidak ada keberagaman, maka tak perlu ada Indonesia. Jika keberagaman dihilangkan, maka sama saja menghilangkan Indonesia,” katanya menegaskan.

Dalam kesempatan itu, para pemimpin dan perempuan calon pemimpin yang menjadi peserta pelatihan dari jajaran Garnita Malahayati NasDem diminta untuk membuat sebuah perubahan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkannya, kata Alissa, perlu empat unsur yang perlu digerakkan yaitu kebijakan publik, perubahan perilaku pada level masyarakat, kekuatan kelompok-kelompok masyarakat, dan pendekatan agama.

Untuk itu, sebagai bagian dari pembuat kebijakan publik, Alissa mendorong agar perempuan menjadi pemimpin perubahan. Termasuk membangun kepercayaan dari dalam diri penting untuk meraih kepercayaan masyarakat dan berperan dalam pembangunan.

“Mari menjadi perempuan sebagai pemimpin perubahan, jika ingin menjadi pendorong perubahan maka kita harus mendapatakan kepercayaan dari yang dipimpin. Dari hari ini mari menyiapkan pemimpin bangsa, bukan hanya untuk kekuasaaan,” ia berpesan.

Pendidikan politik ini diikuti oleh para pengurus Garnita Malahayati serta kader perempuan dari berbagai DPD di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Acara ini merupakan upaya Partai NasDem dalam mencerdaskan perempuan dengan memberikan pemahaman dasar dalam partisipasi politik. (Nasdem Jateng)

Add Comment