Kepedulian Gobel Terhadap Produk Halal
Oleh : Andreas Ambesa
Tenaga Ahli Wakil Ketua DPR RI/Korinbang
Produk halal kini semakin mendapat tempat di berbagai belahan dunia. Bukan saja di negara yang mayoritas memeluk agama Islam namun juga non – Muslim. Sebagai contoh: Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan lain-lain.
Jika kita berbicara tentang produk halal itu sendiri artinya produk yang termaktub dalam Industri halal dimana bukan hanya melulu mengenai pada makanan dan minuman, tetapi juga kita berbicara sektor pariwisata, kosmetika, keuangan, dan fesyen.
Inilah menjadi kepedulian Wakil Ketua DPR RI – Koordinator Industri dan Pembangunan – Rachmat Gobel di tanah air. Seperti yang ia ungkapkan dalam Festival Produk Halal Milenial Provinsi Gorontalo 2022,ย Sabtu (26/3) lalu.
Festival produk halal ini dalam rangka menyambut bulan Ramadan yang akan tiba di awal April mendatang.
Tentu kepedulian Gobel ini tidak bermaksud bahwa wilayah Indonesia lainnya yang mayoritas non – Muslim diwajibkan untuk ikut menerapkan atau mengelola produk halal ini.
Walaupun kita tahu beberapa wilayah Indonesia seperti Bali, Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Utara, Maluku, Tapanuli Utara dan Tengah, kini banyak terdapat makanan halal namun tetap mempertahankan kearifan lokalnya.
Bagi Gobel, halal di era moderen tidak hanya ditafsirkan secara syariah, tapi harus dilihat juga konteksnya. Bukan saja dilihat dari konteks sehat dan bergizi, namun juga dilihat dari sisi prosedur dan perlakuan. Maksudnya begini, makna halal itu harus dilihat dari sisi konteks manfaat dan adab.
“Melalui festival produk halal milenial ini, kita harus menjadi masyarakat yang produktif, efisien, dan beradab. Itu harus menjadi ciri masyarakat baru Gorontalo. Masyarakat maju, makmur, dan terbebas dari kemiskinan, mau bekerja keras, kreatif, dan berakar pada budaya Gorontalo,” kata Rachmat Gobel dalam sambutannya.
Menurut RG – panggilan akrabnya – generasi muda sangat memiliki peran dalam mengenalkan produk halal ini khususnya di bidang teknologi. Apalagi menurutnya struktur demografi penduduk Indonesia didominasi usia profuktif (15-64 tahun) sekitar 70,72 persen. Ia menyebutnya Indonesia sedang mengalami bonus demografi karena didominasi usia produktif. Sedangkan usia rata-rata penduduk Indonesia sekitar 28-29 tahun.
“Usia yang sangat muda,” ucapnya.
Bagaimana negara lain menyingkapi produk halal itu sendiri? Jepang salah satu negara yang membuka lebar produk halal di negeri sakura itu. Produk halal itu termasuk makanan dan pariwisata.
Sebuah studi mengatakan lebih dari 1.000 perusahaan telah mendapatkan sertifikasi halal dan hampir sepertiga konsumen Jepang bersedia mencoba makanan halal.
Menurutย Asosiasi Halal Jepang, negeri itu menjadi pasar yang signifikan untuk sektor makanan halal di masa depan.
Sedangkan Sekitar 29% dari 125 juta konsumen Jepang tertarik untuk mencoba makanan atau minuman halal.
“Daya tariknya sangat tinggi di antara rentang usia 35-44 tahun, di mana 41 persen di usia tersebut tertarik produk halal,” kata GlobalData yang berbasis di Inggris.
RG sendiri dalam sambutannya mengatakan, bahwa potensi produk halal di dunia adalah sekitar 7 triliun dolar Amerika Serikat. Hal itu mencakup pangan, farmasi, komestika, pariwisata, dan gaya hidup.
Di sektor pangan saja, pada tahun 2023, potensinya sekitar 2,6 triliun dolar AS, sedangkan pada tahun 2019, konsumsi produk halal Indonesia mencapai 144 miliar dolar AS.
“Ini konsumsi terbesar di dunia.ย Ini karena Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Gorontalo yang mendapat julukan Serambi Madinah, sangat potensial dalam mempromosikan produk – produk halal,” tegas RG.
Melihat jumlah konsumsi produk halal yang besar itu, Indonesia yang beragam dari suku dan agamanya patut turut serta meningkatkan produk – produk halal. Apalagi kuliner yang beragam dan lezat serta alam pariwisata yang indah adalah dua produk andalan kita.