Ketua Garnita Gorontalo Ingatkan Pentingnya Kerja Bersama Atasi Stunting
BONEBOL (15 April) : Upaya pencegahan serta penanggulangan stunting dan gizi buruk membutuhkan komitmen tangguh dari semua pihak. Peran aktif yang terus dilakukan Pemerintah Bone Bolango (Bonebol) dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini terbukti berhasil menurunkan angka stunting ke angka 25%.
Kerjasama antara pemerintah dengan semua pihak termasuk perangkat desa dan dinas terkait pun sukses membawa persentase stunting di Bonebol menjadi yang paling rendah dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Gorontalo.
Untuk terus menekan angka stunting di masyarakat Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bonebol, Lolly Pou Junus, menginstruksikan seluruh pengurus dan anggota PKK mulai dari tingkat Kabupaten hingga kader Dasawisma yang ada di tingkat desa agar ikut dalam penanggulangan serta pencegahan stunting dan gizi buruk di masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Lolly yang juga Anggota DPRD Provinsi Gorontalo itu usai mendampingi balita gizi buruk bernama Muhamad Rizal Ali (2) yang saat ini menjalani perawatan di RSUD Toto Kabila, Bone Bolango, Kamis (14/4).
Menurut Lolly yang juga Ketua Garda Wanita (Garnita) Malahayati NasDem Provinsi Gorontalo itu pihaknya akan terus berkomitmen bersama pemerintah dalam penanggulangan dan pencegahan stunting dan gizi buruk.
Masih kata istri dari Bupati Bone Bolango, Hamim Pou itu masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang kompleks dan tentu penanggulangannya tidak dapat dilakukan hanya dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
“Masalah gizi adalah sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan ketahanan pangan tingkat rumah tangga dan juga aspek hidup sehat. Untuk itu saya berharap ibu-ibu PKK dari tingkat kabupaten hingga tingkat Desa dan dasa wisma bisa berperan aktif dalam penanggulangan dan pencegahan stunting dan gizi buruk ini,” terang Lolly Junus.
Kemudian stunting kata Lolly, adalah kondisi kekurangan gizi yang menyebabkan gagal tumbuh terutama kegagalan pertumbuhan otak yang terjadi sejak dari dalam kandungan sampai dengan balita umur 2 tahun (1000 HPK) yang merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan otak.
Lolly meyakini bahwa kondisi seperti itu akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pembangunan SDM di suatu daerah.
Untuk itu Lolly berharap kepada ibu-ibu hamil agar mau memeriksakan diri di posyandu dan fasilitas kesehatan terdekat, bersalin di fasilitas kesehatan terutama memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir sampai dengan 6 bulan, dan menyusui anaknya sampai dengan umur 2 tahun.
“Saya harapkan juga ibu-ibu untuk terus memantau pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya di Posyandu terutama di periode emas pertumbuhannya,” imbau Lolly.
(WH)