NasDem Berkoalisi Setelah Ada Capres
JAKARTA (7 Juni): Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI, Willy Aditya menegaskan, Partai NasDem mengedepankan politik rasional menghadapi Pilpres 2024. Pembentukan koalisi menunggu sosok calon presiden (capres) yang akan didukung.
“Kita tentukan dulu pengantennya siapa capres-nya, baru disusun koalisi,” kata Willy di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/6).
Willy menilai akan cukup sulit menyusun koalisi jika tidak ada sosok yang ditawarkan kepada partai lain. Menurutnya, sosok capres dianggap magnet utama untuk membangun koalisi.
“Kita sadar betul keberadaan partai, kecukupan syarat dukungan itu menentukan, iya. Tapi yang menjadi magnet utama dari proses pembangunan koalisi itu ya pasangan calon, ya pengantennya, kalo lebih spesifik siapa capresnya,” tandas Legislator NasDem itu.
Ketua Teritorial Pemenangan Pemilu Sumatra 2 (Sumbar, Kepri, Riau, Bengkulu) DPP Partai NasDem itu mengungkapkan, capres NasDem akan ditentukan melalui Rakernas pada 15-17 Juni 2022. Dalam kegiatan tersebut, ada tiga nama yang diserahkan DPP NasDem kepada Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
Setelah diumumkan, tambah Willy, koalisi baru akan dijajaki. Koalisi dipimpin langsung Ketua Umum NasDem, Surya Paloh.
“Kami serahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum untuk mengkomunikasikan tiga nama tersebut sembari menyusun koalisinya,” ujar Willy.
Selain pembahasan capres, Rakernas juga akan membahas politik gagasan yang harus dikerjakan pemerintahan selanjutnya. Willy menyebut ada dua sektor yang menjadi fokus Partai NasDem.
Pertama, pertumbuhan lapangan kerja dan meningkatkan sektor riil. Partai NasDem menginginkan peningkatan kedua sektor tersebut sebagai prasyarat pokok pemerintahan baru.
Aspek kedua yaitu kedaulatan energi dan pangan. NasDem menilai kedaulatan energi dan pangan harus menjadi salah satu fokus yang dikembangkan pemerintahan selanjutnya.
Willy mengatakan kedaulatan pangan dan energi tidak bisa dikesampingkan. Mengingat gejolak yang terjadi di berbagai belahan dunia memberikan dampak langsung terhadap pemenuhan pangan dan energi nasional.
“Perang Rusia dan Ukraina, berdampak kepada pangan dan energi nasional. Maka kemudian ada semacam fatsun siapa yang menguasai pangan, dia akan menguasai dunia,” tukas Willy.
(medcom/*)