a

Gobel Rayakan Ulang Tahun Bersama Nelayan Gorontalo

Gobel Rayakan Ulang Tahun Bersama Nelayan Gorontalo

SUWAWA (5 September): Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmad Gobel merayakan ulang tahun ke-60 bersama para nelayan Provinsi Gorontalo. Beberapa saat sebelum pembukaan Festival Kuliner Ikan Tuna di Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Gobel menjamu dan berdialog dengan para nelayan.

“Di hari spesial ini, saya ingin merayakannya secara khusus dengan para nelayan. Mereka inilah para pejuang sejati bangsa dan negara. Saya menyebutnya nelayan pejuang, bukan sekadar nelayan,” kata Gobel di Suwawa, Jumat (2/9).

Gobel mengundang sekitar 80 nelayan yang datang dari enam kabupaten dan kota se Gorontalo untuk hadir di lapangan Ippot, Tapa, Suwawa. Sebetulnya, hari ulang tahun Gobel pada 3 September. Namun ia merayakannya sehari lebih cepat dengan para nelayan.

“Mengapa saya memilih para nelayan? Karena kontribusi nelayan terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Gorontalo sangat signifikan, sekitar 22 persen. Gorontalo ini dikeliling laut, yaitu Teluk Tomini dan Selat Sulawesi,” kata Gobel.

Di hadapan para nelayan, Legislator NasDem dari Dapil Gorontalo itu mengatakan, setiap anggota DPR disumpah untuk berjuang memajukan konstituennya. Karena itu ia berusaha menunaikan sumpah tersebut.

“Saya ingin mendengar apa aspirasi dan tuntutan nelayan. Selanjutnya tugas dan tanggung jawab saya untuk memperjuangkannya,” ujarnya.

Ia mengaku sengaja menyebut nelayan dengan ‘nelayan pejuang’ karena para nelayan dan tentu juga petani yang menyediakan pangan bagi bangsa dan negara.

Menurutnya, saat ini dunia sedang dibayang-bayangi kemungkinan terjadinya krisis pangan. Jumlah penduduk dunia tahun 2022 ini diperkirakan mencapai 8 miliar orang. Namun, dunia kini dihadapkan pada perubahan iklim (climate change). Hal ini membuat pola tanam terganggu, sehingga hasil panen berkurang.

Selain itu, pandemi Covid-19 sejak 2020 telah membuat aktivitas manusia terganggu. Di sisi lain, lahan pertanian dan peternakan terus menyusut. Di tahun 2022 ditambah dengan perang Rusia-Ukraina. Hal itu mengganggu pasokan pangan.

Pertama, Rusia dan Ukraina penghasil gandum dunia. Kedua, akibat konflik, terjadi blokade yang mengganggu distribusi dan transportasi. Bukan hanya distribusi pangan tapi juga distribusi pupuk dan energi. Rusia dan sekutunya adalah penghasil bahan baku pupuk terbesar dunia, juga penghasil energi yang besar bagi dunia, yaitu minyak dan gas. Kombinasi semua itu membuat harga pangan dan pupuk melejit, sedangkan pasokannya berkurang.

“Namun nelayan dan petani kita tetap bekerja dengan tekun sehingga Indonesia tak kekurangan pangan. Karena itu saya menyebut mereka sebagai nelayan pejuang. Kita harus berterima kasih kepada mereka,” kata Gobel.

Gobel menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Januari-Juli 2021 Indonesia telah mengekspor 1,2 juta ton ikan tuna sirip kuning dengan total nilai ekspor sebesar US$4,8 juta ke seluruh dunia. Adapun pasar utama produk ikan tuna sirip kuning Indonesia pada tahun 2021 adalah Jepang (95,09%), Amerika Serikat (1,85%), Vietnam (1,55), Australia (0,47%) dan Singapura (0,44%).

Gobel juga memaparkan, Provinsi Gorontalo sendiri telah mencatat nilai ekspor tuna yang mencapai US$119.000 di sepanjang tahun 2021, yang menjadikan sektor perikanan berkontribusi terhadap PDB di Provinsi Gorontalo sebesar 22%. Ini proporsi yang cukup besar. Di antara semua jenis ikan, maka harga ikan tuna adalah yang paling mahal. Kadang jika mendapat ikan tuna yang cukup besar, nelayan bisa tak melaut selama seminggu.

Ikan tuna memang komoditas ekspor dan sangat digemari orang Jepang untuk dibuat sashimi, sushi, maupun tuna mayo. Teluk Tomini, teluk yang dikelilingi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah merupakan habitat ikan tuna. Kebetulan posisi Gorontalo berada di titik pusatnya. Karena itu, nelayan Gorontalo dikenal memiliki kepandaian memancing ikan tuna yang memadai.

“Pelabuhan ekspor ikan tuna tidak berada di Gorontalo. Izin bongkar ikan juga tidak ada di Gorontalo,” kata Gobel.

Para nelayan menyampaikan sejumlah aspirasi lainnya. Pertama, hadirnya Permen KKP No 15 Tahun 2020 yang mengatur zonasi penangkapan ikan berdasarkan ukuran kapal. Kapal di atas 30 GT harus melaut di zona di atas 12 mil dari garis pantai. Di sisi lain, kapal di bawah 30 GT hanya boleh melaut di bawah 12 mil dari garis pantai.

“Ini menyulitkan kami,” kata Mantu, seorang nelayan.

Mantu mengatakan, laut Gorontalo itu berupa teluk.

“Jadi dalam dua jam lebih sudah berbatasan dengan provinsi lain. Saya pernah ke Indramayu, dalam enam jam baru menangkap ikan. Jadi peraturan itu jangan digeneralisir. Harus ada perkecualian. Zonasi ini membunuh kami para nelayan,” tandasnya.

“Kami biasa melaut hingga ke Sorong, Banda Neira, dan lain-lain. Kapal kami memang kecil. Tapi kami biasa melaut sampai jauh, karena di dekat pantai sudah tak ada ikan. Habitatnya sudah rusak. Tapi dengan zonasi ini kami ditangkap. Bisa mati kelaparan kami,” imbuh Iswan, nelayan lain.

Keluhan lain yang disampaikan menyangkut ketersediaan BBM dan pembatasan pembelian BBM bersubsidi.

“SPBU untuk nelayan cuma dua. Ini sangat menyulitkan. Selain itu, dengan adanya pembatasan BBM bersubsidi, jika beli di SPBU umum, kami ditangkap. Baru keluar dari SPBU sudah ditangkap. Dituduh menimbun karena membeli dengan jeriken. Ini kita harus bagaimana?” kata Iswan.

Ia juga mengeluhkan soal pembiaran nelayan yang menggunakan bom untuk menangkap ikan.

“Ini merusak terumbu karang. Petugas sih ada. Tapi tak ditangkap,” katanya.

Menanggapi aspirasi para nelayan Gobel menyampaikan apresiasinya.

“Terima kasih atas aspirasinya. Saya akan segera tindaklanjuti untuk mencari solusi yang terbaik. Sebagai wakil rakyat saya akan sampaikan ke pemerintah,” kata Gobel.

Dalam kesempatan tersebut, Gobel juga mengucapkan terima kasih atas kesediaan para nelayan untuk menghadiri undangannya. Ia juga menyampaikan tentang Festival Kuliner Ikan Tuna yang diadakan pada 2-4 September 2022.

“Saya ingin ikan tuna menjadi bagian dari budaya masyarakat Gorontalo. Budaya menangkap, budaya memotong, dan budaya mengolahnya. Ikan tuna adalah Gorontalo, Gorontalo adalah ikan tuna. Kita ingin Gorontalo menjadi pusat kuliner dan pusat ikan tuna. Mari kita canangkan agar terwujud dalam beberapa tahun ke depan,” katanya.

Karena itu, ia menghadirkan pakar pemotongan dan pakar memasak (chef) ikan tuna dari Jepang. Festival itu selain ada dua pertunjukan tersebut juga ada lomba memakan ikan tuna, lomba memasak ikan tuna, lomba hasil tangkapan terbesar ikan tuna, dan lomba memotong ikan tuna. Dengan tiket Rp50 ribu, para pengunjung bebas memakan sepuasnya. Itulah cara Gobel merayakan ulang tahunnya pada tahun 2022 ini.

Ulang tahunnya kali ini selain berdimensi sosial, juga ada kekhidmatan tersendiri. Ia berziarah ke kuburan ayah dan ibunya. Pertama ke kuburan ayahnya, Thayeb M Gobel, di bukit Hubulo. Di sini khusus kuburan bermarga Gobel, para keturunan Raja Hubulo. Lalu ia lanjutkan ke kuburan ibunya, Annie Nento, di pekuburan Masjid Agung Gorontalo. Kebiasan Gobel selalu berziarah di malam hari, menjelang pergantian hari. Di sana ia berdoa dan membaca Surat Yasin.

Dari sana ia kembali ke rumah keluarga. Di pergantian malam itu, ia terkejut dengan kondisi rumah yang gelap gulita. Listrik padam. Ia sudah mulai gelisah. Namun tiba-tiba, muncul kejutan. Rupanya istrinya sudah menyiapkan kue ulang tahun dan taburan kertas gemerlap yang diletuskan ke udara. Lagu selamat ulang tahun pun bergema dalam keremangan. Ia hanya merayakan bersama keluarganya.(alfian/dis/*)

Add Comment