Dimensi Restoratif Mengawal Pemilu di atas Rel Cita-Cita Bangsa
JAKARTA (27 Oktober): Pemilu bukan hanya sekadar menghasilkan rutinitas sirkulasi kekuasaan tanpa kehadiran pemimpin yang berkualitas dan layak diteladani. Sehingga masyarakat diberikan ruang merdeka dalam menentukan pilihannya untuk memilih pemimpin melalui sistem demokrasi.
Demikian ditekankan Ketua Fraksi Partai NasDem DPRD DKI Jakarta, Wibi Andrino saat menjadi pembicara pada seminar Fraksi Partai NasDem MPR RI bertajuk Merawat Pemilu dalam Dimensi Restoratif di Kemang, Jakarta, baru-baru ini.
“Kekuasaan itu silih berganti seperti udara di satu tempat yang mengendap dalam ruang hampa dia tidak akan ada sirkulasi yang baik, begitu juga negara butuh adanya Pemilu agar rakyat Indonesia bisa bernafas lebih lega,” ujar Wibi .
Baca juga: Wibi: Perlu Ada Kajian Mendalam Soal Usulan Jakarta Raya
Wibi mengatakan, sistem demokrasi di Indonesia sudah sangat ideal. Namun menurutnya sistem demokrasi di Indonesia hari ini memiliki sejumlah tantangan, mulai dari intimidasi hingga birokrasi yang tidak netral.
Politisi milenial itu kemudian menyebut, bentuk birokrasi yang tidak netral seperti adanya Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pejabat yang mengarahkan camat atau lurah untuk memenangkan salah satu partai di suatu daerah.
“Contoh lain ada yang menempatkan posisi-posisi strategis, seperti kepala dinas dan lain-lain, belum lagi adanya politik uang, ini tantangan yang akan dihadapi dalam sistem demokrasi kita,” tambah Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta itu.
Meski begitu, Wibi mengatakan di tengah banyaknya kekhawatiran masyarakat dalam sistem Pemilu yang ada pada hari ini, ada semangat merawat Pemilu dalam dimensi restoratif.
Wibi mengungkapkan, semangat restorasi ini tidak lepas dari buah pikiran dari Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh dalam memikirkan arah tujuan bangsa Indonesia.
“Ketika orang-orang berbicara pada kontekstual, Pak Surya Paloh berbicara pada sesuatu yang surealis, masa depan,” kata Wibi.
Wibi menambahkan, dimensi restoratif yang disampaikan oleh Surya Paloh adalah ketika seseorang tidak melupakan jati dirinya sebagai anak bangsa, sehingga memiliki karakter sebagai bangsa Indonesia.
“Jadi kontekstual dalam restoratif dalam Pemilu adalah ketika sistem pemilu yang sudah dibentuk secara baik dan benar kemudian keluar daripada konteksnya, maka restorasi lah yang akan melindungi itu kembali sebagaimana cita-cita awal daripada Pemilu, restorasi lah yang akan jadi healers (penyembuhnya),” pungkas Wibi.
(FM/WH)