NasDem Minta Bentuk Tim Gerak Cepat Investigasi Penyebab GGA
JAKARTA (28 Oktober): Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Ratu Ngadu Bonu Wulla meminta pemerintah memberikan perhatian khusus kepada anak yang terkonfirmasi gangguan ginjal akut (GGA)/Acute Kidney Injury (AKI). Pemerintah provinsi juga harus aktif turun tangan, terutama pada daerah-daerah yang memiliki fasilitas kesehatan terbatas.
“Sangat diharapkan ada upaya pemerintah untuk penanganan. Ini harus ada perhatian khusus. Bagi penderita yang sudah terkonfirmasi, (perawatannya) harus diambil alih oleh pemerintah provinsi. Karena di daerah kan fasilitas kesehatannya sangat minim,” ujar Ratu dalam keterangannya, Kamis (27/10).
Baca juga: Koordinasi Antarlembaga Kunci Penanganan Kasus Ginjal Akut Anak
Ratu juga mengusulkan agar pemerintah segera membentuk ‘Tim Gerak Cepat’ yang melibatkan para ahli dan bahkan epidemiolog untuk melakukan investigasi penyebab sekaligus mitigasi masalah tersebut. Penanganan dan penelusuran harus dilakukan agar tidak ada korban baru dari kasus itu.
“Saya mengusulkan bentuk tim gerak cepat untuk menginvestigasi penyebab gagal ginjal akut pada anak. Kalau sudah diketahui penyebabnya, dibuat langkah untuk menyelesaikan kasus tersebut,” ujar Ratu.
Selain penanganan pada pasien yang sudah terkonfirmasi, Ratu juga meminta pemerintah untuk aktif menelusuri, mencari dan memastikan keberadaan pasien GGA di daerah-daerah terpencil. Jangan sampai kejadian ini menjadi wabah, terutama di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
“Yang sudah terkonfirmasi harus ada penanganan khusus, harus gercep (gerak cepat). Mereka ditangani khusus. Pemerintah juga harus terus mencari, jangan sampai masih ada korban lain yang juga terkonfirmasi tetapi belum terdeteksi,” kata Ratu.
Legislator NasDem dari Dapil NTT II (Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Kupang, Rote Ndao, dan Kota Kupang) itu juga mendorong adanya upaya sosialisasi yang dilakukan pengampu pelayanan kesehatan di daerah. Menurutnya, pemahaman terkait GGA serta wabah-wabah yang berpotensi muncul di masa datang harus disampaikan kepada masyarakat oleh tenaga kesehatan di lapangan.
“Sampai ke tingkat puskesmas, karena mereka kan yang bertemu langsung dengan masyarakat setiap hari. Masyarakat ke puskesmas tidak hanya berobat, tapi masyarakat juga perlu mendapatkan edukasi dari tenaga kesehatan yang ada di puskesmas sehingga informasi itu bisa tersampaikan,” tandasnya.
Selain itu, Ratu juga menyarankan adanya kampanye secara masif di media untuk membuka pikiran masyarakat terkait kasus GGA yang merebak. Kampanye besar-besaran diperlukan untuk meredam kegelisahan akibat berita yang simpang siur.
“Kampanye besar-besaran, kampanye di media sehingga membuka pikiran masyarakat. Jadi, masyarakat tidak takut dan tidak gelisah terkait dengan wabah yang sedang merebak saat ini,” tambahnya.
Ratu juga mengimbau agar masyarakat menyaring informasi yang diterima dan mengikuti informasi dari sumber yang terpercaya seperti lembaga-lembaga pemerintah. Dia berharap Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dapat memberikan informasi yang jelas sehingga masyarakat tidak terkena berita hoaks yang banyak beredar.
“Memang harus ada satu informasi yang utuh dari Kementerian Kesehatan. Informasi yang jelas, tegas sehingga tidak bias karena hoax banyak beredar. Badan POM juga perlu memberikan informasi yang terbuka kepada masyarakat. Ini harus benar-benar disampaikan ke masyarakat secara masif sehingga masyarakat tidak bingung dan rancu, apalagi di daerah,” lanjut Ratu.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, tercatat hingga 24 Oktober 2022, ada 251 kasus GGA/AKI pada anak di Indonesia sepanjang 2022. Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan beberapa rumah sakit melaporkan adanya lonjakan kasus GGA sejak Agustus dan September 2022.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kasus GGA pada anak umumnya hanya terkonfirmasi 1-2 kasus perbulan, namun jumlah kasus tiba-tiba melonjak menjadi 35 kasus per bulan pada Agustus lalu. Kini, Kemenkes dan BPOM masih melakukan penelusuran terhadap penyebab GGA. (dpr.go.id/*)